MAMPIR GAN DI LAPAK ANE

Kamis, 17 Februari 2011

Wanita

Setiap manusia mempunyai fitrah untuk menghiasi diri. Tapi sayangnya, banyak manusia yang tidak mengetahui perhiasan yang terbaik bagi dirinya. Ada yang menghiasi diri dengan logam mulia seperti emas dan berlian. Ada pula yang menghiasi diri dengan kosmetik. Semua ditujukan guna menampilkan diri dalam bentuk yang paling indah.

Bagi seorang Muslimah, perhiasan terindah adalah akhlak mulia. Inilah perhiasan yang dapat dikenang sepanjang masa. Inilah perhiasan yang menjadikan pemiliknya mulia di hadapan manusia dan Allah SWT. Dengan akhlak mulia, seorang Muslimah akan terlihat anggun dan cantik. Setiap orang yang melihatnya akan terkesima dan kagum oleh keindahan akhlaknya.

Dalam pandangan Rasulullah SAW, akhlak mulia menjadi bukti kemuliaan seorang Muslim. Beliau bersabda, "Sesungguhnya orang yang paling baik keislamannya adalah yang paling indah akhlaknya." (HR. Ahmad).

Menghiasi diri dengan akhlak mulia berarti mempertegas diri sebagai manusia, karena dengan akhlak akan terlihat perbedaan manusia dengan hewan. Dengan akhlak pula akan terlihat sisi keteraturan hidup manusia yang tidak dimiliki hewan.

Dengan demikian, manusia yang tidak peduli dengan akhlak, sesungguhnya ia sedang menuju derajatnya yang paling rendah. Tanpa akhlak, manusia akan seenaknya melakukan apa saja tanpa peduli apakah tindakannya berbahaya bagi orang lain atau tidak.

“..wanita-wanita yang berpakaian tetapi telanjang, yang berjalan berlenggak-lenggok guna membuat manusia memandangnya, mereka tidak akan masuk Surga dan tidak akan mendapati aromanya. Padahal aroma Surga bisa dicium dari jarak 500 tahun..” [HR. Imam Malik dalam al-Muwaththa’ riwayat Yahya Al Laits, no. 1624]

Menjaga auratnya dan tidak memamerkan kecantikannya kecuali kepada suaminya

Berbusana muslimah yang benar dan syar’i adalah kewajiban setiap muslimah. Seorang muslimah yang shalihah tentunya tidak akan melanggar ketentuan ini. Allah Ta’ala berfirman,


“Wahai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin: ‘Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.’” (QS. Al Ahzab: 59)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun mengabarkan dua kaum yang kepedihan siksaannya belum pernah beliau lihat, salah satunya adalah wanita yang memamerkan auratnya dan tidak berbusana yang syar’i. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Wanita yang berpakaian namun (pada hakikatnya) telanjang yang berjalan melenggang, kepala mereka bergoyang bak punuk unta. Mereka tidak akan masuk surga dan bahkan mencium wanginya pun tidak. Padahal wanginya surga dapat tercium dari jarak sekian dan sekian.” (HR. Muslim)

Berdasarkan dalil-dalil yang ada, para ulama merumuskan syarat-syarat busana muslimah yang syar’i di antaranya: menutup aurat dengan sempurna, tidak ketat, tidak transparan, bukan untuk memamerkan kecantikan di depan lelaki non-mahram, tidak meniru ciri khas busana non-muslim, tidak meniru ciri khas busana laki-laki, dll.
“Wanita biasanya dinikahi karena empat hal: karena hartanya, karena kedudukannya, karena parasnya dan karena agamanya. Maka hendaklah kamu pilih wanita yang bagus agamanya (keislamannya). Kalau tidak demikian, niscaya kamu akan merugi.” (HR. Bukhari-Muslim)


Minggu, 13 Februari 2011

Berguru Pada Kebenaran


Orang yang patut  jadi pembimbing adalah orang yang telah melepaskan diri dari kungkungan cinta dunia dan ambisi kekuasaan.

Ketahuilah! orang yang akan menempuh jalan kebenaran harus mempunyai pembimbing (mursyid) yang mampu mendidik dirinya untuk memiliki akhlak yang mulia.
Mendidik itu kita ibaratkan bertani, membuang onak duri, dan mencabut rumput di celah-celah tanaman, agar tanaman itu tumbuh subur dan berkembang dengan baik.

Orang yang hendak menempuh jalan kebenaran harus mempunyai guru yang dapat membimbingnya (mursyid) ke jalan Allah. Allah telah mengutus Rasul-Nya untuk menuntun hamba-Nya ke jalan yang lurus. Setelah Rasulullah meninggal, beliau digantikan oleh generasi setelahnya yang membimbing hamba-Nya ke jalan Allah.
Orang yang pantas jadi pembimbing ialah orang yang benar-benar alim. Tetapi itu bukan berarti bahwa setiap orang alim layak menempati kedudukan sebagai pembimbing.

Orang yang patut jadi pembimbing adalah orang yang telah melepaskan diri dari kungkungan cinta dunia dan ambisi kekuasaan. Ia hati-hati dalam mendidik diri sendiri. Ia menyedikitkan makan, tidur, dan bertutur kata. Ia memperbanyak salat, sedekah dan puasa. Kehidupannya selalu dihiasi dengan akhlak yang mulia, sabar dan syukur. Ia selalu yakin, tawakkal, ikhlas menerima apa adanya yang dianugerahkan Allah, dan berlaku benar. Ia juga punya sifat pemalu (untuk berbuat maksiat), menepati janji, tabah, tenang, dan tidak tergesa-gesa.

Orang yang telah mempunyai sifat-sifat tersebut berarti telah memiliki sebagian "Nur Nabi Muhammad SAW". Ia patut dijadikan pembimbing. Namun, orang seperti ini amat sulit ditemukan, bahkan lebih sulit daripada mencari mutiara di dasar samudra.

dengan usaha yang serius tentu kamu akan menemukan pembimbing yang demikian itu. Dan kepadanya, kamu harus hormat, baik secara lahir maupun batin. Hormat secara lahir adalah taat melakukan segala hal yang diperintahkannya dengan segala kemampuanmu. Adapun hormat secara batin adalah segala yang kamu dengar darinya, secara lahir kamu terima dan secara batin tidak kamu inkari, baik dari segi ucapan atau tindakan.