MAMPIR GAN DI LAPAK ANE

Sabtu, 23 Juli 2011

Kisah Ini Bersumber Dari Seorang Ibu yang Ikhlas

Hanya Mencari Ridha Allah Swt

Suatu hari beberapa tahun yang lalu, giliran saya mendapatkan uang arisan. Setelah saya keluarkan untuk berbagai keperluan, tersisa sebanyak Rp.500.000,-. Saya pernah berniat untuk membeli tas yang terpajang di etalase sebuah mall, kalau saya dapat giliran menarik uang arisan tersebut. Inilah saatnya saya tunaikan niat itu. Tapi pada hari saya menerimanya, datang seorang tamu yang tidak dikenal ke rumah. Entah kenapa pembantu saya menyilakan masuk.
Seorang ibu muda berbaju lusuh dengan wajah letih. Bercerita dia tentang kesulitannya yang amat sangat. Ia bercerita dia tentang kesulitannya yang amat sanagat. Ia bercerita tentang kontrakan rumahnya yang sudah tiga bulan belum terbayar dan dia terancam diusir. Sementara suaminya sudah meninggal lima bulan yang lalu. Dia memiliki dua orang anak yang masih kecil-kecil. Dia tidak bisa bekerja tetap karena anaknya masih harus disusui, sementara dia juga tidak memiliki modal dan keterampilan apa pun yang dapat diandalkannya. Kehidupan dan anak-anaknya dalam keadaan teramat sulit. Ia harus meminjam ke sana ke mari. Kadang ia harus bekerja sebagai pencuci baju ataupun pembantu harian untuk memenuhi kebutuhan dan anak-anak dan dirinya. Siapa pun yang mendengar bercerita pasti akan menaruh kasihan dan akan sangat tersentuh. Tak terkecuali aya. Dia menawarkan dua buah seprai untuk saya beli. Ia menjelaskan bahwa seprai itu ia dapatkan dari tetangganya yang memiliki usaha "jahitan rumahan". Sebenarnya saya tidak membutuhkan seprai itu. Seprai itu jugakualitasnya tidak bagus. Ia tidak menawarkan harga kepada saya, cuma berkata , "Bu, saya butuh untuk membayar kontrakan saya yang tertunggak sebesar lima ratus ribu rupiah. Saya mengerti seprai ini tidaklah pantas untuk dihargai sedemikian tinggi, tapi saya sangat butuh saat ini." Saya terdiam. Ketulusannya dan kejujurannya membuat saya tergugah. Subhanallah dengan bergetar saya buka dompet saya dan mengeluarkan uang yang ada di sana. Lima ratus ribu rupiah. Uang yang rencananya akan saya belikan tas akhirnya berpindah ke tangan tamu saa. Tak tersisa. Mata saya membasah mendengar bibir tamu saya mengucapkan terima kasih. "Ya Allah, rahmatilah penghuni rumah ini." Ia mencium tangan saya dan hendak bersujud di kaki  saya, Saya menampiknya dan mengangkat bahunya. Ia rapatkan tangannya dan terus berdoa lama sekali. Dengan linangan air mata ia mohon pamit kepada saya.
Saya hanya memandangnya pergi meninggalkan rumah saya. Saya tepiskan perasaan kecewa dengan berdoa, "Aku ridha ya Allah, berikanlah ganti yang lebih baik untukku." Saya percaya, Allah Yang Maha Agung memberi petunjuk bagi ibu tadi untuk melangkah ke rumah saya, karena Allah Maha Tahu saya mampu menolongnya. Apakah saya bersedia menolongnya atau membiarkannya? Pasti harapan ibu itu lebih didengar Allah karena menyangkut hidup keluargannya, sementara keinginana saya bersifat dunia semata.
Setelah kepergiannya  saya bertanya dalam hati, "Siapakah ibu itu sebenarnya? Benarkah dia memang sedang kesulitan? Atau dia hanya 'seseorang' yang dikirim Allah untuk menguji keimanan saya?" Namun, saya tidak mau membiarkan hati ini berperasangka buruk terhadap apa pun, karena semua niat baik pasti akan mendapat ridha dari Allah Swt. Saya teringat akan ayat Al-Qur'an "Alllah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya" (QS Al-Hajj [22]: 40), juga firman-Nya, "Dan di antara manusia ada orang yang mengorankan dirinya karena mencari keridhaan Allah, dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya." (QS Al-Baqarah [2]: 207)
Setelah kejadian ini, saya tidak ingin mengingatnya lagi. Kepada suami pun saya tidak pernah menceritakannya. Saya ikhlas karena semua itu hanya untuk mencari ridha Allah semata. Saya tidak ingin berandai-andai. Bila saya menghitungnya dengan perkalian dan angka, misalnya memberi 1 akan dibalas 10, atau saya mendapatkan hadiah berupa tas yang berkali lipat harganya dibandingkan dengan yang saya inginkan itu, tentu saya akan kecewa dan putus asa jika balasan Allah di dunia ini tidak kunjung menghampiri. Saya pernah membaca sebuah ayat di Al-Qur'an, "Katakanlah (wahai Muhammad): "Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan menyempitkan bagi (siapa yang dikehendaki-Nya)." Dan apa saja yang kamu infakkan (nafkahkan), maka Allah akan menggantinya dan Dia-lah pemberi rezeki yang sebaik-baiknya." (QS Saba' [34]; 39)
Setelah membaca hati saya memjadi tenang, saya yakin Allah pasti akan membalasnya pada suatu saat nanti. Saya tidak pernah mengharapkan apakah  itu di dunia atau di akhirat. Sama saja bagi saya. Allah Mahatahu dan Maha Menentukan. Yang paling penting adalah ridha Allah. Satu hal yang membuat saya menangis berlinang air mata adalah ketika saya membaca suatu riwayat dalam sebuah tafsir mengenai Sayyidina Abu Bakar ra yang selalu menolong orang-orang yang sedang dalam kesulitan dan kelaparan. Ketika orang-orang yang diberi sedekah mengucapkan terima kasih kepadanya, Abu Bakar ra berkata : "Sesungguhnya aku membantu kalian hanya karena kau mengharap akan bertemu dengan Tuhanku dan aku rindu akan wajah-Nya." Hal ini di abadikan oleh Allah di Al-Qur'an : "Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan wajah (ridha) Allah semata, kami tidak mengharapkan balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih.' (QS Al-Insan [76]: 9). Subhanallah ..... sejak itu saya tidak pernah mengharap apa pun lagi selain ridha -Nya semata.
Tanpa saya sadari, pada hari-hari berikutnya saya merasakan nikmat yang luar bisa. Semuanya terjadi pada tahun ini juga. Suatu hari suami menyampaikan. kepada saya bahwa ia ingin membawa saya dan anak-anak berlibur ke luar negeri. Anak-anak saya selalu berangan-angan untuk dapat melihat Disneyland. Anak saya yang paling besar yang ketika itu berumur 6 tahun, selama ini, selalu agar dapat pergi ka sana. Alhamdulillah, doanya terkabul.
Demikian pula ketika bulan Ramadhan tiba, nikmat Allah Swt yang lain menghamiri kami. Saya dan keluarga mendapatkan kesempatan umrah pada sepuluh hari akhir Ramadhan dengan tidak mengeluarkan biaya sedikit pun karena ditanggung sepenuhnya oleh mertua saya.
Hal lain lagi yang merupakan nikmat sangat luar biasa bagi kami sekeluarga adalah pada tahun itu pula kami memperoleh amanah seorang anak laki-laki dari Allah Swt, Anak itu sejak lahir ingin diserahkan oleh ibunya kpada kami , tanpa ada paksaan ataupun rencana dari kami sedikit pun. Anak itu yatim, telah ditinggal oleh ayahnya ketika kandungan ibunya berusia empat bulan. Baginya banyak anugerah luar biasa tahun itu yang tidak putus-putusnya saya syukuri.
Dalam  keadaan bersimpuh saya berdoa, "Ya Allah, sungguh besar nikmat yang Engkau berikan kepadaku hanya dengan membantu hamba-Mu dengan bantuan yang amat sangat kecil di sisi-Mu, mensyukuri nikmat-Mu, dan beribadah dengan sebaik-baiknya kepada-Mu. Ya Allah, aku sadar, balasan yang kekal adalah di akhirat nanti."
Rasulullah bersabda, "Setiap pagi datang dua malaikat kepada setiap hamba. Yang satu berdoa, "Ya Allah, berilah ganti pada hamba Engkau yang menafkahkan hartanya." Sementara yang lain berdoa, "Ya Allah, binasahkanlah harta orang yang kikir." (HR Bukhari dan Muslim).

Kamis, 21 Juli 2011

Kekayaan Yang Hakiki

Suatu hari Rasulullah Saw duduk di antara para sahabatnya dan bersabda: "Wahai sahabat-sahabatku seseorang tidak di sebut kaya karena banyak hartanya, melainkan yang di sebut kaya adalah orang yang memiliki kekayaan jiwa." (HR Bukhari dan Muslim)

Allah Swt berfirman: 
"Ketahuilah bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan sesuatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah di antara kamu, serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanaman-tanamannya mengagumkan para petani, kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat nanti ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu" (QS Al Hadid [57] : 20)

Dari sahabat Rasulullah Saw Anas ra, Rasulullah Saw bersabda, "Pada Hari Kiamat dihadirkan orang yang paling senang dan paling berkecukupan ketika di dunia. Ia termasuk calon penghuni neraka. Kemudian ia dimasukan sebentar (dicelupkan) dalam neraka dan ditanya, "Wahai anak Adam, apakah kamu pernah merasakan kesenangan dan kenikmatan?" Dia menjawab, "Demi Engkau, tidak ada wahai Tuhanku." Lalu didatangkan orang yang ketika hidupnya di dunia banyak menderita dan dipenuhi dengan berbagai kesempitan. Ia termasuk calon peghuni surga. Ia ditanya, "Wahai hamba-Ku apakah engkau pernah merasakan kesedihan dan penderitaan?" Jawabannya, "Demi Engkau ya Tuhanku, aku tidak pernah merasakan penderitaan sedikit pun dan tidak pernah pula aku merasa bersedih." (HR Muslim)

Selasa, 19 Juli 2011

Kemulian Pembaca Al-Qur'an


"Sesungguhnya telah Kami turunkan kepada kamu sebuah kitab yang di dalamnya terdapat sebab-sebab kemuliaan bagimu. Maka apakah kamu tiada memahaminya?" (QS Al-Anbiyaa' [21]: 10)

Allah Swt menjanjikan kemuliaan bagi seorang pembaca Al-Qur'an yang berusaha untuk selalu membaca, memahami, dan menaatinya. Maka kita tanya diri kita: berapa seringkah kita membacanya? Memahaminya? Mempelajarinya dan merenungkan isinya?
Rasulullah Saw bersabda, "Di antara penghargaan Allah Swt kepada hamba-Nya adalah: memuliakan seorang Muslim yang beruban (yang sudah tua): memuliakan pembaca Al-Qur'an yang tidak berlebih-lebihan dan tidak berpaling darinya; dan memuliakan penguasa yang adil," (HR Abu Dawud)
Sungguh suatu berita yang menggembirakan bagi pembaca Al-Qur'an. Adakah yang lebih penting di dalam kehidupan seorang hamba melebihi "kemulian" yang Allah Swt berikan kepadanya? Ia akan berjalan di muka bumi dengan penuh ketenteraman, kelapangan, kesejateraan. Ia akan memperoleh banyak kemudahan dalam menjalani hidupnya dan ia akan dihormati serta dihargai orang lain.
Rasulullah Swt bersabda, "Sesungguhnya Al-Qur'an akan menemui sahabatnya pada Hari Kiamat saat kuburannya terbelah dan ia keluar dalam keadaan pucat. Al-Qura'an berkata, "Apakah engkau mengenalku?" Ia berkata, "saya tidak mengenalmu." Al-Qur'an berkata, "Saya adalah Al-Qur'an sahabatmu, yang telah membuatmu kehausan di siang hari dan membuatmu tidak tidur di malam hari. Setiap pedagang berada di belakang dagangannya. Aku bagimu hari ini bagaikan orang yang berada dibelakang daganganya. Kemudian didatangkanlah kerajaan di samping kanan orang itu dan keabadian di samping kirinya. Lalu diletakkan di atas kepalanya mahkota kebesaran. Kepada kedua orang tuanya dikenakan perhiasan yang belum pernah mereka pakai selama di dunia. Keduanya berkata, "Apa sebabnya kami memakai perhiasan ini?" Lalu dijawab, "Disebabkan oleh persahabatan anak kalian berdua dengan Al-Qur,an." Kemudian dikatakan pula, "Bacalah dan naiklah menuju surga dan kamar-kamarnya. Lalu ia pun naik dengan bacaan Al-Qur'annya." (HR Ibnu Majah dan Ahmad)

Sabtu, 16 Juli 2011

Wanita-Wanita Mualaf

Ipar Tony Blair, Lauren Booth, 43 tahun, mengatakan dia sekarang memakai jilbab yang menutupi kepala setiap kali meninggalkan rumah. Ia juga mengaku melakukan shalat lima kali sehari dan mengunjungi masjid setempat kapanpun dia bisa. Lauren berprofesi sebagai wartawan dan penyiar televisi. Dia memutuskan untuk menjadi seorang Muslim enam minggu lalu setelah mengunjungi tempat suci Fatima al-Masumeh di kota Qom. “Ini adalah Selasa malam, dan saya duduk dan merasa ini suntikan morfin spiritual, hanya kebahagiaan mutlak dan sukacita,” ujarnya.
Kristiane Backer dulu dan sekarang
Kristiane Backer dulu dan sekarang
Sebelum pergi ke Iran, ia mengaku telah tertarik pada Islam dan telah menghabiskan banyak waktu untuk bekerja sebagai wartawan di Palestina. “Saya selalu terkesan dengan kekuatan dan kenyamanan berada di tengah-tengah Muslimin,” katanya. Menurut Kevin Brice dari Swansea University, yang memiliki spesialisasi dalam mempelajari konversi keyakinan, menyatakan gelombang para wanita terpelajar Inggris yang beralih keyakinan menjadi Muslim merupakan bagian dari tren menarik.
“Mereka mencari inti spiritualitas, arti yang lebih tinggi, dan cenderung untuk berpikir secara mendalam sebelum memutuskan. Namun dalam konteks ini, saya menyebutnya fsebagai fenomena “mengkonversi kenyamanan”. Mereka akan menganggap agama adalah alat menyenangkan suami Muslim mereka dan keluarganya, tapi tidak akan selalu menghadiri masjid, berdoa, dan berpuasa,” ujarnya.
Camilla Leyland 32 tahun seorang guru Yoga, penampilan dulu dan sekarang
Camilla Leyland 32 tahun seorang guru Yoga, penampilan dulu dan sekarang
Benarkah demikian? Kristiane Backer, wanita 43 tahun dan mantan VJ MTV yang menjadi ikon kehidupan Barat liberal yang dirindukan remaja saat mudanya, menggeleng. “Masyarakat permisif yang saya dambakan ketika muda dulu ternyata sangat dangkal, tak memberi ketenteraman batin apapun,” ujarnya.
Titik balik untuk Kristiane muncul ketika dia bertemu mantan pemain kriket Pakistan dan seorang Muslim, Imran Khan pada tahun 1992. Dia membawanya ke Pakistan. Di negara kekasihnya itu, dia segera tersentuh oleh spirtualitas dan kehangatan dari orang-orang Islam di negara itu. “Meskipun kemudian hubungan asmara saya dengan Imran Khan kandas, semangat saya mempelajari Islam tak turut kandas. Saya mulai mempelajari Islam dan akhirnya menjadi mualaf,” ujarnya.
Menurutnya, Islam adalah agama bervisi. “Di Barat, kami menekankan untuk alasan yang dangkal, seperti apa pakaian untuk dipakai. Dalam Islam, semua orang bergerak ke tujuan yang lebih tinggi. Semuanya dilakukan untuk menyenangkan Tuhan. Itu adalah sistem nilai yang berbeda,” tambahnya.
Penulis Eva Ahmad Sebelah Kanan dan Lynne Ali yang kini menjadi seorang Muslimah
Penulis Eva Ahmad Sebelah Kanan dan Lynne Ali yang kini menjadi seorang Muslimah
Untuk sejumlah besar wanita, kontak pertama mereka dengan Islam berasal dari kencan pacar Muslimnya. Lynne Ali, 31, dari Dagenham di Essex, mengakuinya. Di masa lalu, hidupnya hanyalah pesta. “Aku akan pergi keluar dan mabuk dengan teman-teman, memakai pakaian ketat dan mengerling siapapun lelaki yang ingin aku kencani,” ujarnya.
Di sela-sela pekerjaannya sebagai DJ sebuah kelab malam papan atas London, ia menyempatkan ke gereja. Tetapi ketika ia bertemu pacarnya, Zahid, di universitas, sesuatu yang dramatis terjadi.”Dia mulai berbicara kepadaku tentang Islam, dan itu seolah-olah segala sesuatu dalam hidupku dipasang ke tempatnya. Aku pikir, di bawah itu semua, aku pasti mencari sesuatu, dan aku tidak merasa hal itu dipenuhi oleh gaya hidup hura-huraku dengan alkohol dan seks bebas.”
Pada usia 19 tahun, Lynne memutuskan menjadi mualaf. “Sejak hari itu pula, aku memutuskan mengenakan jilbab,” ujarnya. “Ini adalah tahun ke-12 rambut saya selalu tertutup di depan umum. Di rumah, aku akan berpakaian pakaian Barat normal di depan suami saya, tapi tidak untuk keluar rumah.”
m
Lauren Booth, ipar dari mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair yang menjadi muslim setelah mendapat pengalaman spiritual di Iran
Lauren Booth, ipar dari mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair yang menjadi
muslim setelah mendapat pengalaman spiritual di Iran
Survei YouGov baru-baru ini menyimpulkan bahwa lebih dari setengah masyarakat Inggris percaya Islam adalah pengaruh negatif yang mendorong ekstremisme, penindasan perempuan dan ketidaksetaraan. Namun statistik membuktikan konversi Islam menunjukkan perkembangan yang signifikan. Islam adalah, setelah semua, agama yang berkembang tercepat di dunia. “Bukti menunjukkan bahwa rasio perempuan Barat mengkonversi untuk laki-laki bisa setinggi 2:1,” kata sosiolog Inggris, Kevin Brice.
Selain itu, katanya, umumnya perempuan mualaf ingin menampilkan tanda-tanda dari agama baru mereka – khususnya jilbab – walaupun gadis Muslim yang dibesarkan dalam tradisi Islam justru malah memilih tak berjilbab. “Mungkin sebagai akibat dari tindakan ini, yang cenderung menarik perhatian, Muslim mualaflah yang sering melaporkandiskriminasi terhadap mereka daripada mereka yang menjadi Muslimah sejak lahir,” tambahnya.
Hal itu diakui Backer. “Di Jerman, ada Islamophobia. Saya kehilangan pekerjaan saya ketika saya bertobat. Ada kampanye untuk melawan saya dengan sindiran tentang semua Muslim mendukung teroris – intinya saya difitnah. Sekarang, saya presenter di NBC Eropa,” ujarnya.
Hal itu diamini Lyne. “Aku menyebut diriku seorang Muslim Eropa, yang berbeda dengan mereka yang menjadi Muslim sejak lahir. Sebagai seorang Muslim Eropa, saya mempertanyakan segala sesuatu – saya tidak menerima secara membabi-buta. Dan pada akhirnya harus diakui, Islam adalah agama yang paling logis secara logika,” ujarnya.
“Banyak perempuan mualaf di Inggris juga mengkonversi agamanya karena tertarik dengan kehangatan hubungan di antara sesama Muslim. “Beberapa tertarik untuk merasakan kembali nilai-nilai yang telah mengikis di Barat,” kata Haifaa Jawad, dosen senior di Universitas Birmingham, yang telah mempelajari fenomena konversi agama. “Banyak orang, dari semua lapisan masyarakat, meratapi hilangnya tradisi menghargai orang tua dan perempuan, misalnya. Ini adalah nilai-nilai yang termuat dalam Quran, yang umat Islam harus hidup dengannya,” tambahnya Brice.
Nilai-nilai seperti ini pula yang menarik Camilla Leyland, 32, seorang guru yoga yang tinggal di Cornwall, pada Islam. Ia seorang ibu tunggal untuk anak, Inaya, dua tahun. Ia mengaku menjadi Muslim pada pertengahan usia 20-an untuk ‘alasan intelektual dan feminis’.
“Aku tahu orang akan terkejut mendengar kata-kata ‘feminisme’ dan ‘Islam’ dalam napas yang sama, namun pada kenyataannya, ajaran Alquran memberikan kesetaraan kepada perempuan, dan pada saat agama itu lahir, ajaran pergi terhadap butir masyarakat misoginis,” tambahnya. Selama ini, orang salah memandang Islam, katanya. “Islam dituduh menindas wanita, namun yang aku rasakan ketika dewasa, justru aku merasa lebih tertindas oleh masyarakat Barat.”
Tumbuh di Southampton – ayahnya adalah direktur Institut Pendidikan Southampton dan ibunya seorang
ekonom – Camilla pertama kali bersinggungan dengan Islam di sekolah. Ia mengenal Islam saat kuliah dan kemudian mengambil gelar master di bidang Studi Timur Tengah. Ketika tinggal dan bekerja di Suriah, ia menemukan pencerahan spiritual.
Merefleksikan apa yang dia baca di Alquran, ia menyadari bahwa islamlah yang dicarinya selama ini. “Orang-orang akan sulit untuk percaya bahwa seorang wanita yang berpendidikan tinggi dari kelas menengah akan memilih untuk menjadi Muslim,” katanya, menirukan komentar ayahnya saat itu. Namun ia mantap menjadi Muslimah. Kini, ia yang mengaku tak pernah meninggalkan shalat lima waktu tapi belum berjilbab ini menyatakan dirinya telah “merdeka”. “Saya sangat bersyukur menemukan jalan keluar bagi diri saya sendiri. Saya tidak lagi menjadi budak masyarakat yang rusak.” (Daily Mail & Republika)