MAMPIR GAN DI LAPAK ANE

Selasa, 05 Maret 2013

Shalawat Al Fatih


Shalawat Al Fatih adalah suatu bacaan shalawat yang diyakini dapat memberikan manfaat sebagi sarana untuk menghilangkan segala kesempitan atau kesusahan hati, memperbesar pahala, dapat menghapus dosa-dosa yang kecil di akhirat dan di akhirat nanti dapat bertemu dan berkumpul dengan Nabi besar Muhammad saw.

Bacaan Shalawat Al Fatih adalah sebagai berikut:



Allahumma shalli wa sallim wa barik 'ala Sayyi-dina Muhammadinil fatihi li-ma ughliqa wal-khatimi li-ma sabaqa, wan-nashiril haqqa bil-haqqi wal-hadi ila shirathikal mustaqim. Shal-lallahu 'alaihi wa 'ala alihi wa ashhabihi haqqa qadrihi wa miqdarihil 'azhim.

Artinya : 
Ya Allah, limpahkanlah (berikan)  rahmat takzim, salam sejahtera (shalawat dan salam) serta keberkahan kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw., sebagai pembuka sesuatu yang terkunci (tertutup) dan penutup sesuatu (para utusan) yang terdahulu, dialah penolong yang benar dengan kebenaran dan penunjuk jalan-Mu yang lurus. Semoga Allah melimpahkan (memberikan) rahmat takzim atau shalawat kepadanya beserta keluarganya (yang beriman dan mengikuti petunjuknya), dan para sahabat-sahabatnya dengan sepenuhnya atau dengan sebenar-benarnya qudrah dan miqdrarnya yang agung.

Penyusun: Abu Bakar Ash-Shiddiq yang diwariskan kepada Syekh Muhammad Syamsyuddin Abdul Hasan Al-Bakri atau Sayid Muhammad Bakri

Khasiat Shalawat Al Fatih antara lain sebagai berikut:
  • Untuk menghilangkan aneka kesempitan hidup dan kesusahan hati.
  • Untuk memperbesar pahala.
  • Untuk menghapus dosa-dosa kecil.
  • Untuk dapat bertemu dengan Rasulullah saw di alam mimpi.
  • Untuk dapat bertemu dan berkumpul dengan Nabi besar Muhammad saw di akhirat

Cara mengamalkan Shalawat Al Fatih antara lain sebagai berikut:
  • Barangsiapa yang ingin ditolong oleh Allah swt dalam mengatasi segala kesempitan (kesulitan) hidup dan menghilangkan kesusahan hati, maka hendaklah berdzikir (baca) Shalawat Al Fatih ini sebanyak-banyaknya pada setiap selesai shalat fardlu secara istiqomah.
  • Barangsiapa yang ingin dibesarkan pahalanya dan di bebaskan dari api neraka di akhirat nanti, maka hendaklah berdzikir (membaca) Shalawat Al Fatih ini sebanyak-banyaknya, sebab membaca salawat Al Fatih ini satu kali, pahalanya sama dengan membaca shalawat (biasa) 1000 kali atau 600.000 kali. 
  • Barangsiapa yang ingin di ampuni (dihapus) dosa-dosanya yang kecil oleh Allah Swt, maka hendaklah mebaca shalawat Al Fatih ini sebanyak 11 kali setiap selesai shalat fardhu selama 40 hari berturut-turut.
  • Siapa yang ingin bertemu Rasulullah saw maka hendaklah membaca Shalawat Al Fatih ini sebanyak 1.000 kali pada hari kamis malam jum'at atau pada hari minggu malam senin, insya Allah berhasil.
  • Barangsiapa yang ingin dapat bertemu dan berkumpul dengan Rasulullah saw di akhirat nanti, maka hendaklah berdzikir (membaca) Shalawat Al Fatih ini sebanyak 1000 kali pada setiap malam kamis, malam jum'at dan malam senin secara istiqomah.

Penjelasannya:

Apabila ingn bertemu dengan Rasulullah saw secara sempurna, maka sebelum membaca Shalawat Al Fatih sebnyak 1000 kali, sebaiknya harus diawali dengan shalat Hajat empat rakaat, dua kali salam (setiap dua rakaat salam): 
Shalat hajat yang pertama. 
  • Pada rakaat pertama setelah mebaca surat Al Fatihah, membaca surat Al Qadar satu kali.
  • Pada Rakaat kedua setelah membaca surat Al Fatihah membaca surat Al Zalzalah satu kali.Salam
Shalat hajat yang kedua. 
  • Pada rakaat pertama setelah membaca surat Al Fatihah, membaca surat Al Kafirun satu kali. 
  • Pada rakaat kedua setelah membaca surat Al Fatihah satu kali dan surat An Naas satu kali.

Apabila ingin luas rezekinya dan sejahtera hidupnya, maka hendaklah membaca Shalawat Al Fatih ini sebnyak 21 kali pada setiap selesai shalat Subuh secara rutin (istiqomah)

Cukup lama sekali syekh Muhammad al-Bakriy ber-riyaadhoh dan munajat kepada Allah SWT, agar diberikan sholawat yang pahala, sirri, faedah dan keistimewaannya mengungguli seluruh sholawat yang pernah ada. Kemudian seorang malaikat mendatanginya dengan membawa secarik kain dari sorga bertuliskan sholawat al-Fatih dengan tulisan cahaya, oleh sebab itu pula sholawat al-Fatih disebut juga dengan sholawat al-Bakriyyah, dan ada juga yang menamakan dengan al-Yaaqutatil Fariidah ( Mutiara yang tak ada duanya )

Setelah 16 tahun berkholwatm tepatnya saat syekh Ahmad ra berusia 46 tahun, beliau berjumpa dengan sayyidul wujud Rosulullah SAW dalam keadaaan sadar dan terjaga. Beliau mengajarkan serta mengijazahkan sholawat al-Fatih dan menjelaskan semua keistimewaan dan rahasianya kepada beliau. Sholawat al-Fatih harus diajarkan kepada semua orang dengan 2 tingkatan. Tingkatan khusus harus mendapat izin talkin resmi dari orang-orang yang menerimanya datri syekh Ahmad secara estafet dan yang menerimanya pun harus berkeyakinan bahwa sholawat ini bersumber dari Allah, bukan susunan manusia. Sedangkan tingkatan umum, seperti yang dikatakan oleh beliau :

Ajarkan semua orang untuk membaca sholat al-Fatih, agar mereka dapat mati dengan membawa iman. ( al-Khulashoh Wafiyah 73 ).

Sumber:
Dari kitab Rahasia Keutamaan & Keistimewaan Shalawat (KH. Nur Muh. Kafadi)
Dari situs    http://muslimsufi.blogspot.com/2012/11/kumpulan-fadhilah-sholawat-al-fatih.html 

                 

Senin, 04 Maret 2013

Klasifikasi Ibadah dalam Ajaran Islam

Allah Swt menciptakan manusia untuk mengenal, beribadah, dan menegakan segala perintah-Nya. Firman Allah Swt 

"Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka untuk beribadah kepada-Ku (QS Al-Dzariyat[51]:56).

Oleh karena itu, Islam menjadikan penghambaan kepada Allah Swt sebagai tuntutan pertama dari seorang Muslim. Rukun Islam dan syariat lainnya dijabarkan dalam berbagi bentuk peribadatan kepada Allah Swt yaitu setelah mengucapkan dua kalimat syahadat, mendirikan shalat, menunaikan zakat, melaksanakan puasa Ramadhan, dan berhaji ke Baitullah.

Dalam islam, ibadah-ibadah yang disyariatkan diklasifikasikan sebagai berikut:

  • Ibadah yang dilaksanakan dengan aktivitas fisiknya, seperti shalat dan puasa. Ibadah ini dinamakan 'ibadah jasadiyyah.
  • Ibadah yang dilaksanakan dengan mengeluarkan sebagian hartanya, seperti zakat dan sedekah. Ibadah ini dinamakan 'ibadah maliyyah.
  • Ibadah yang menggabungkan antara fisik dan harta, seperti hajo dan umrah
  • Ibadah yang bentuknya menunaikan suatu perbuatan, seperti shalat, zakat, dan haji.
  • Ibadah yang bentuknya meningggalkan dan menahan diri, seperti puasa.
Dengan demikian, menahan dan meninggalkan sesuatu dalam ibadah bukanlah hal yang negatif. Sesuatu bernilai ibadah apabila seorang Muslim melaksanakannya sesuai dengan kehendaknya dan perintah-Nya yang bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt. Dalam ibadah tersebut terkandung aktivitas jiwa ('amal nafsiy), dan amal positif ('amal ijabiy) yang tentunya bernilai pahala di hadapan Allah Swt.

Oleh:Yusuf Qardhawi

Sabtu, 23 Februari 2013

Bukan Mencari Rezeki

Dalam kehidupan keseharian, setiap orang dituntut melakukan sesuatu untuk menopang kehidupannya. Kita sebut dengan bekerja. Seorang anak yang telah cukup umur, dituntut untuk pergi ke sekolah. Bekerja untuk menuntut ilmu agar dengan ilmunya kelak ia akan menjadi "orang", memiliki penghasilan, dan dapat mencukupi kebutuhan hidupnya secara layak. Mereka yang telah dewasa bekerja untuk  memenuhi kebutuhan hidupnya secara layak. Mereka yang telah dewasa bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya seperti makanan, pakaian, kesehatan, jaminan keamanan, jaminan pensiun, dll.

Manusia selalu memotivasi dirinya sejalan dengan kebutuhannya. Makin tinggi kebutuhannya, makin tinggi motivasinya untuk mendapatkan apa yang dibutuhkannya. Manusia dapat melakukan pekerjaan apa saja untuk memenuhi kebutuhannya. Bisa bekerja pada orang lain, berbisnis, menjual jasa, dan sebagainya. Setelah bekerja ia akan memperoleh imbalan (rewards) atas pekerjaannya. Dengan imbalan itu ia memenuhi kebutuhannya. Kebutuhan itu sendiri berbeda-beda pada tiap manusia. Ada yang besar ada yang kecil bergantung tuntutan lingkungan sosial dan dirinya sendiri.

Dalam hal memenuhi kebutuhan hidup, Allah memberikan petunjuk dalam Al-Qur'an surah Al-Furqan ayat 67, 
"Dan orang-orang yang apabila membelanjakan harta (untuk kebutuhannya), mereka tidak berlebih-lebihan, dan tidak pula kikir, adalah pembelanjaan itu di tengah-tengah antara yang demikian."

Seorang hamba yang memiliki keyakinan bahwa ia bekerja karana Allah SWT menuntutnya begitu, akan memiliki harkat derajat yang tinggi di sisi Allah SWT.

Apa perbedaan antara rezeki dan karunia Allah SWT?
Rezeki adalah sesuatu yang bermanfaat bagi manusia atau mahluk Allah lain yang dipergunakan untuk kelangsungan hidupnya. Rezeki tidak identik dengan harta. Sebab, rezeki merupakan segala yang dapat menopang kehidupan seperti udara, air, tumbuh-tumbuhan (sumber makanan), dan sebagainya. Tidak semua rezeki halal. Bergantung pada cara mendapatkannya, ada rezeki halal da pula yang haram. Selain cara mendapatkannya, suatu rezeki baru dapat dikatakan halal jika zatnya juga halal. Contohnya makanan. Ia adalah rezeki. Tapi jika ada zat haram terkandung di dalamnya, maka ia termasuk rezeki yang haram. Tentu saja kalau cara mendapatkannya pun haram dapat terkatagori pula rezeki yang haram.

Rezeki yang kita peroleh adalah hak prerogatif Allaah SWT. Dalam menentukan besaran dan kualitasnya. Tidak ada satu makhlik pun yang dapat menggugatnya. Allah berwenang meluaskan rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki dan menyempitkan kepada siapa yang Dia kehendaki pula. Allah SWT berfirman dala ayat berikut.
"Allah meluaskan rezeki dan menyempitkannya bagi siapa yang dia kehendaki. Mereka bergembira dengan kehidupan di dunia, padahal kehidupan di dunia itu (dibandingkan dengan) kehidupan akhirat,hanyalah kesenangan (yang sedikit)."(QS Ar-Ra'd [13]: 26)

"Dan jadilah orang-orang yang kemarin mencita-citakan kedudukan Karun itu berkata, "Aduhai, benarlah Allah melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dari hamba-hamba-Nya atas kita benar-benar Dia telah membenamkan kita (pula). Aduhai benarlah, tidak beruntung orang-orang yang mengingkari (nikmat Allah)." (QS Al-Qashash [28]: 82)

"Katakanlah, "sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan menyempitkan bagi (siapa yang dikehendaki-Nya)."Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dialah pemberi rezeki yang sebaik-baiknya." (QS Saba" [34]: 39)

Lapangan atau sempitnya rezeki tidak menentukan kedudukan manusia di sisi Allah. Rasulullah Saw bersabda: "kalaulah dunia ini berharga di sisi Allah seberat sebelah saya nyamuk saja, maka Allah tidak akan memberi kekayaan walaupun seteguk minuman kepada orang-orang kafir." HR Tirmidzi). Hal ini juga dijelaskan pada beberapa ayat Al-Qur'an.
"Kehidupan dunia di jadikan indah dalam pandangan orang-orang kafr dan mereka terus menerus memandang hina orang-orang yang beriman. Pada hal orang-orang yang beriman. Pada hal orang-orang yang bertakwa itu lebih mulia dari pada mereka di hari kiamat. Dan Allah memberi rezeki kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya tanpa batas."(QA Al-Baqarah [2]: 212)

"Adapun bagi manusia, apabila Tuhanya mengujinya lalu dimuliakan-Nya kelapangan, maka ia berkata, "Tuhanku memuliakanku." Adapun bila Dia mengujinya lalu membatasi rezekinya maka ia berkata, "Tuhanku menghinakanku." "sekali-kali tidak! Sesungguhnya kamu tidak memuliakan anak yatim dan kamu tidak saling menganjurkan memberi makan orang miskin, dan kamu memakan harta warisan dengan cara menghimpun (yang halal dan yang batil) dan kamu mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan." (QA Saba' [34]: 37)

"Dan sekali-kali bukanlah harta dan bukan (pula) anak-anak kamu yang mendekatkan kamu kepada Kami sedikit pun, akan tetapi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, mereka itulah yang memperoleh balasan yang berlipat ganda yang disebabkan apa yang telah mereka kerjakan dan mereka aman sentosa di tempat-tempat yang tertinggi (dalam surga)" (QS Saba' [34]: 37)

Dalam bahasa Al-Qur'an, Allah SWT tidak pernah memerintahkan manusia untuk mencari rezeki. Allah memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk mencari karunia-Nya. Hal ini disebutkan dalam beberapa ayat-ayat Al-Qur'an berikut.
"Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebagian kamu lebih banyak dari sebagian yang lain. karena bagi laki-laki ada bahagian dari apa yang mereka udahakan dan bagi para wanita (pun) ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatunya." (QS An_Nisa' [4]: 32)

"Apabila telah ditentukan salat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung" (QS Al-Jumu'ah [62]: 10)

Dari sini dapat kita pahami bahwa karunia Allah SWT adalah sesuatu yang lebih tinggi nilainya dari hanya sekedar rezeki. Karunia Allah dipenuhi berkah, kesenangan, ketentraman, dan kemuliaan. Karunia Allah didaptkan dengan cara yang halal dan baik karena itu Allah meridhainya. Karunia adalah rezeki yang hanya diperuntukan Allah untuk hamba-hamba-Nya yang bertakwa.

Oleh: M.Yasser Fachri dari buku Muhammad saw on fb