MAMPIR GAN DI LAPAK ANE

Sabtu, 23 Februari 2013

Bukan Mencari Rezeki

Dalam kehidupan keseharian, setiap orang dituntut melakukan sesuatu untuk menopang kehidupannya. Kita sebut dengan bekerja. Seorang anak yang telah cukup umur, dituntut untuk pergi ke sekolah. Bekerja untuk menuntut ilmu agar dengan ilmunya kelak ia akan menjadi "orang", memiliki penghasilan, dan dapat mencukupi kebutuhan hidupnya secara layak. Mereka yang telah dewasa bekerja untuk  memenuhi kebutuhan hidupnya secara layak. Mereka yang telah dewasa bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya seperti makanan, pakaian, kesehatan, jaminan keamanan, jaminan pensiun, dll.

Manusia selalu memotivasi dirinya sejalan dengan kebutuhannya. Makin tinggi kebutuhannya, makin tinggi motivasinya untuk mendapatkan apa yang dibutuhkannya. Manusia dapat melakukan pekerjaan apa saja untuk memenuhi kebutuhannya. Bisa bekerja pada orang lain, berbisnis, menjual jasa, dan sebagainya. Setelah bekerja ia akan memperoleh imbalan (rewards) atas pekerjaannya. Dengan imbalan itu ia memenuhi kebutuhannya. Kebutuhan itu sendiri berbeda-beda pada tiap manusia. Ada yang besar ada yang kecil bergantung tuntutan lingkungan sosial dan dirinya sendiri.

Dalam hal memenuhi kebutuhan hidup, Allah memberikan petunjuk dalam Al-Qur'an surah Al-Furqan ayat 67, 
"Dan orang-orang yang apabila membelanjakan harta (untuk kebutuhannya), mereka tidak berlebih-lebihan, dan tidak pula kikir, adalah pembelanjaan itu di tengah-tengah antara yang demikian."

Seorang hamba yang memiliki keyakinan bahwa ia bekerja karana Allah SWT menuntutnya begitu, akan memiliki harkat derajat yang tinggi di sisi Allah SWT.

Apa perbedaan antara rezeki dan karunia Allah SWT?
Rezeki adalah sesuatu yang bermanfaat bagi manusia atau mahluk Allah lain yang dipergunakan untuk kelangsungan hidupnya. Rezeki tidak identik dengan harta. Sebab, rezeki merupakan segala yang dapat menopang kehidupan seperti udara, air, tumbuh-tumbuhan (sumber makanan), dan sebagainya. Tidak semua rezeki halal. Bergantung pada cara mendapatkannya, ada rezeki halal da pula yang haram. Selain cara mendapatkannya, suatu rezeki baru dapat dikatakan halal jika zatnya juga halal. Contohnya makanan. Ia adalah rezeki. Tapi jika ada zat haram terkandung di dalamnya, maka ia termasuk rezeki yang haram. Tentu saja kalau cara mendapatkannya pun haram dapat terkatagori pula rezeki yang haram.

Rezeki yang kita peroleh adalah hak prerogatif Allaah SWT. Dalam menentukan besaran dan kualitasnya. Tidak ada satu makhlik pun yang dapat menggugatnya. Allah berwenang meluaskan rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki dan menyempitkan kepada siapa yang Dia kehendaki pula. Allah SWT berfirman dala ayat berikut.
"Allah meluaskan rezeki dan menyempitkannya bagi siapa yang dia kehendaki. Mereka bergembira dengan kehidupan di dunia, padahal kehidupan di dunia itu (dibandingkan dengan) kehidupan akhirat,hanyalah kesenangan (yang sedikit)."(QS Ar-Ra'd [13]: 26)

"Dan jadilah orang-orang yang kemarin mencita-citakan kedudukan Karun itu berkata, "Aduhai, benarlah Allah melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dari hamba-hamba-Nya atas kita benar-benar Dia telah membenamkan kita (pula). Aduhai benarlah, tidak beruntung orang-orang yang mengingkari (nikmat Allah)." (QS Al-Qashash [28]: 82)

"Katakanlah, "sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan menyempitkan bagi (siapa yang dikehendaki-Nya)."Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dialah pemberi rezeki yang sebaik-baiknya." (QS Saba" [34]: 39)

Lapangan atau sempitnya rezeki tidak menentukan kedudukan manusia di sisi Allah. Rasulullah Saw bersabda: "kalaulah dunia ini berharga di sisi Allah seberat sebelah saya nyamuk saja, maka Allah tidak akan memberi kekayaan walaupun seteguk minuman kepada orang-orang kafir." HR Tirmidzi). Hal ini juga dijelaskan pada beberapa ayat Al-Qur'an.
"Kehidupan dunia di jadikan indah dalam pandangan orang-orang kafr dan mereka terus menerus memandang hina orang-orang yang beriman. Pada hal orang-orang yang beriman. Pada hal orang-orang yang bertakwa itu lebih mulia dari pada mereka di hari kiamat. Dan Allah memberi rezeki kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya tanpa batas."(QA Al-Baqarah [2]: 212)

"Adapun bagi manusia, apabila Tuhanya mengujinya lalu dimuliakan-Nya kelapangan, maka ia berkata, "Tuhanku memuliakanku." Adapun bila Dia mengujinya lalu membatasi rezekinya maka ia berkata, "Tuhanku menghinakanku." "sekali-kali tidak! Sesungguhnya kamu tidak memuliakan anak yatim dan kamu tidak saling menganjurkan memberi makan orang miskin, dan kamu memakan harta warisan dengan cara menghimpun (yang halal dan yang batil) dan kamu mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan." (QA Saba' [34]: 37)

"Dan sekali-kali bukanlah harta dan bukan (pula) anak-anak kamu yang mendekatkan kamu kepada Kami sedikit pun, akan tetapi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, mereka itulah yang memperoleh balasan yang berlipat ganda yang disebabkan apa yang telah mereka kerjakan dan mereka aman sentosa di tempat-tempat yang tertinggi (dalam surga)" (QS Saba' [34]: 37)

Dalam bahasa Al-Qur'an, Allah SWT tidak pernah memerintahkan manusia untuk mencari rezeki. Allah memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk mencari karunia-Nya. Hal ini disebutkan dalam beberapa ayat-ayat Al-Qur'an berikut.
"Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebagian kamu lebih banyak dari sebagian yang lain. karena bagi laki-laki ada bahagian dari apa yang mereka udahakan dan bagi para wanita (pun) ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatunya." (QS An_Nisa' [4]: 32)

"Apabila telah ditentukan salat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung" (QS Al-Jumu'ah [62]: 10)

Dari sini dapat kita pahami bahwa karunia Allah SWT adalah sesuatu yang lebih tinggi nilainya dari hanya sekedar rezeki. Karunia Allah dipenuhi berkah, kesenangan, ketentraman, dan kemuliaan. Karunia Allah didaptkan dengan cara yang halal dan baik karena itu Allah meridhainya. Karunia adalah rezeki yang hanya diperuntukan Allah untuk hamba-hamba-Nya yang bertakwa.

Oleh: M.Yasser Fachri dari buku Muhammad saw on fb