MAMPIR GAN DI LAPAK ANE

Selasa, 27 Desember 2011

Dialog Bayi Dengan Allah Sebelum Lahir Ke Dunia

Suatu ketika, seorang bayi siap dilahirkan ke dunia. Menjelang dikeluarkan ke alam dunia, dia bertanya kepada Tuhan yang menciptakannya:


Bayi: “Tuhan, para malaikat di sini mengatakan bahwa besok aku akan dilahirkan ke dunia. Tetapi, bagaimana caranya aku hidup di sana? Aku begitu kecil dan lemah.”

Tuhan: “Aku telah memilih satu malaikat untukmu. Ia akan selalu menjaga dan menyayangimu setiap saat.”

Bayi: “Tapi aku sudah betah di surga ini, apa yang kulakukan hanyalah bernyanyi dan tertawa, ini cukup bagiku untuk bahagia.”

Tuhan: “Malaikatmu akan bernyanyi dan tersenyum untukmu setiap hari dan kamu akan merasakan kehangatan cintanya dan lebih berbahagia.”

Bayi: “Apa yang dapat kulakukan kalau aku ingin berbicara padamu?”

Tuhan: “Malaikatmu akan mengajarkan bagaimana cara kamu berdoa.”

Bayi: “Aku mendengar bahwa di bumi banyak orang jahat. Siapa yang akan melindungiku Tuhan”?

Tuhan: “Malaikatmu akan melindungimu dengan taruhan jiwa raganya.”

Bayi: “Tapi aku akan bersedih karena tidak melihat Engkau lagi.”

Tuhan: “Malaikatmu akan menceritakan kepadamu tentang Aku, dan akan mengajarkan bagaimana agar kamu bisa kembali kepada-Ku, walaupun sesungguhnya Aku selalu berada di sisimu.”

Saat itu surga begitu tenangnya … sehingga suara dari bumi pun dapat terdengar dan sang anak dengan suara lirih bertanya:

Bayi: “Tuhan… jika aku harus lahir ke dunia sekarang, bisakah Engkau memberitahuku, siapa nama malaikat di rumahku itu nanti”?

Tuhan: “Kamu akan memanggil malaikatmu itu dengan sebutan: I… B… U …”
 
Kenanglah ibu yang menyayangimu. Untuk ibu yang selalu meneteskan air mata ketika kau jauh darinya. Ingatkah engkau ketika ibumu rela tidur tanpa selimut demi melihatmu tidur nyenyak dengan dua selimut membalut tubuhmu?
Ingatkah engkau ketika jemari ibu mengusap lembut kepalamu? Dan ingatkan engkau ketika air mata menitis dari mata ibumu ketika ia melihatmu terbaring sakit. Sesekali jenguklah ibumu yang selalu menantikan kepulanganmu di rumah tempat kau dilahirkan. Kembalilah dan mohon maaf pada ibumu yang selalu rindu akan senyumanmu. Jangan biarkan kau kehilangan saat-saat yang akan kau rindukan di masa datang ketika ibu telah tiada. Tak ada lagi di depan pintu yang menyambut kita, tak ada lagi senyuman indah tanda bahagia, yang ada hanyalah kamar kosong tiada penghuninya … yang ada hanyalah baju yang digantung di lemarinya… Tak ada lagi … dan tak akan ada lagi … yang akan meneteskan air mata mendo’akanmu disetiap hembusan nafasnya.

Pulang..dan kembalilah segera … peluklah ibu yang selalu menyayangimu … Ciumlah kaki ibu yang selalu merindukanmu dan berikanlah yang terbaik di akhir hayatnya..
 

Sabtu, 26 November 2011

Kalimat Pengusir Maksiat

Seorang ulama terkemuka, Imam Sahl bin Abdulalah Al-Tastari menuturkan kisah dirinya, "ketika berumur tiga tahun, aku ikut pamanku yaitu Muhammad bin Sanwar untuk melakukan qiyamullail. Aku melihat cara shalat pamanku dan aku menirukan gerakannya.

Suatu hari, paman berkata kepadaku, 'Apakah kau mengingat Allah, yang menciptakanmu?'

Aku menukas, 'Bagaimana caranya aku mengingatnya?

Beliau menjawab, 'Anakku, jika kau berganti pakaian dan ketika hendak tidur katakanlah tiga kali dalam hatimu, tanpa menggerakan lisanmu, 'Allahu ma'i...Allahu naadhiri...Allahu syaahidi !'(Artinya, Allah bersamaku, Allah melihatku, Allah menyaksikan Aku !)

Aku menghapalkan kalimat itu, lalu mengucapkannya bermalam-malam. Kemudian, aku menceritakan hal ini kepada paman.

Pamanku berkata, "Mulai sekarang ucapkan zikir itu sepuluh kali setiap malam.'

Aku melakukannya, aku resapi maknanya, dan kau merasakan ada kenikmatan dalam hatiku. Pikiran terasa terang. Aku merasa senantiasa bersama Allah Swt.

Satu tahun setelah itu, pamanku berkata, 'Jagalah apa yang aku ajarkan kepadamu, dan langgengkanlah sampai kau masuk kubur. Zikir itu akan bermanfaat bagimu di dunia dan di akhirat.

Lalu pamanku berkata, 'Hai Sahl, orang yang merasa selalu disertai Allah, dilihat Allah, dan disaksikan Allah, akankah dia melakukan maksiat?'

Kalimat Allahu ma'i Allahu naadhiri Allahu syaahidi ! sangat terkenal di kalangan ulama arif billah. Bahkan Syeikh Al-Azhar; Imam Abdul Halim Mahmud yang dikenal sebagai ulama yang arif billah menganjurkan kepada kaum muslimin untuk menancapkan kalimat ini di dalam hati. Maknanya yang dahsyat, jika dihayati dengan sungguh-sungguh, akan mendatangkan rasa Ma'iyatullah (selalu merasa disertai, dilihat, dan disaksikan oleh Allah Swt, di mana dan kapan saja).

Pada akhirnya, rasa ini akan menumbuhkan takwa yang tinggi kepada Allah Swt. Kalau sudah begitu, apakah orang yang merasa selalu disertai, dilihat, dan disaksikan Allah akan melakukan maksiat?

Dari kitab Ketika Cinta Berbuah Surga (Habiburrahman El Shirazy)

Senin, 26 September 2011

Penghambat Nikah

Jika kita berbicara tentang sebuah pernikahan, pasti akan banyak cerita yang tercipta. Baik dari proses menuju pernikahan, ketika akad, atau bahkan setelah pernikahan itu sendiri. Setiap orang pasti semua punya cerita tersendiri yang akan mengisahkan hidupnya menuju sebuah istana rumah tangga yang tercipta dari rajutan-rajutan mahligai cinta sepasang insan manusia. Bahagia, sedih, gundah selalu mewarnai pemuda-pemudi yang ingin melangkahkan kakinya menuju kesempurnaan agama. Lalu bagaimana jika yang tercipta sebelum pernikahan itu adalah sebuah kekecewaan?

Para pembaca yang kami hormati, mungkin timbul dalam benak kita sebuah pertanyaan, ada apa? Apa yang terjadi? dan banyak lagi pertanyaan yang timbul akibat sebuah kalimat pertanyaan yang aneh itu bagi kita, tapi tak akan aneh itu bagi mereka yang tahu sebab kekecewaan dari sang pemuda dan pemudi tersebut, padahal mereka belum menikah. Ternyata kekecewaan timbul karena ada faktor-faktor yang berdiri menghadang menghalangi niat suci mereka untuk membangun sebuah mahligai cinta yang diridhai Allah Swt.

Sang pemuda sering membayangkan betapa nikmatnya memiliki istri yang shalihah, yang menyenangkan ketika ia menatapnya, mentaatinya ketika ia memerintahkannya dan selalu menjaga kehormatan dirinya dan hartanya ketika ia tak ada disisinya. Ia mengangankan betapa indahnya memiliki anak yang selalu menyedapkan pandangan matanya dan menyegarkan kembali pikiran akibat kepenatan sehari dengan bermain bersamanya, begitu pun sang pemudi yang memiliki pemikiran yang sama dengan sang pemuda. Tapi apa mau dikata, jika gerbang pernikahan sulit baginya untuk terbuka. Berbagai macam faktor penghambat untuk menikah tak urung reda menerpa seiring perkembangan zaman yang katanya memudahkan setiap sendi kehidupan manusia saat ini. Apa sajakah itu?

Permasalahan ini kerap melanda para pemuda-pemudi zaman ini yang telah siap atau telah berazam (bertekad kuat) untuk menjaga kehormatan dirinya dengan cara menikah, akan tetapi terbentur oleh faktor-faktor penghambat yang seharusnya tak ada. Sehingga jika kita mau melirik sedikit saja, banyak yang berubah pola pikirnya tentang pernikahan dan timbulah permasalahan-permasalahan yang melanda akibat sulitnya utuk menikah, seperti munculnya sejumlah gangguan jiwa, tindakan asusila, freeseks (pergaulan bebas), penyakit yang menyerang tubuh dan akal, serta jumlah dampak negatif lainnya yang berkaitan dengan aspek sosial dan ekonomi. Oleh karena itu, tulisan ini kami alamatkan kepada siapa saja yang mugkin memilki potensi menjadi faktor penghamabat pernikahan bagi sepasang manusia yang ingin melengkapi setengah agamanya. Semoga kita dapat mengambil pelajaran dan ibrah dari setiap kejadian yang terjadi. Dan inilah beberapa faktor penghambat yang banyak berkembang di masyarakat.

  1. Faktor penghambat yang pertama ialah mahalnya mahar (maskawin). Tingginya "tarif" maskawin yang          ditentukan oleh pihak perempuan sungguhlah memberatkan banyak pemuda yang ingin menikah. Seakan menjadi ajang adu gengsi atau mungkin banyak di pengaruhi oleh adat yang tidak sesuai dengan syariat islam, membuat "bursa" pernikahan menjadi lesu dan akhirnya timbullah banyak perzinaan yang tidak diharapkan. Betapa indahnya dan mudahnya Islam, ketika Rasulullah Saw menikahkan sahabatnya yang miskin hanya dengan hafalan bacaan Al-Qur'an yang dimilikinya, atau hanya dengan dengan 4 uqiyah (1 uqiyah= 40 dirham perak). Oleh karena itu, tak heran jika imam Ahmad rahimaullah menyebutkan dalam kitab sunahnya bahwasanya Umar bin Khatab ra pernah berkata "Janganlah kalian berlebihan dalam memberikan mahar kepada kaum wanita, sebab jika pemberian mahar itu adalah kehormatan di dunia atau ketakwaan di sisi Allah Swt, niscaya Rasulullah Saw adalah oarang yang paling unggul dalam memberikan mahar tersebut. Akan tetapi Rasulullah Saw tak pernah memberikan mahar kepada salah seorang pun dari istrinya atau putri-putrinya lebih dari dua belas uqiyah. Maka ingatlah sabda Rasulullah Saw yang menyatakan banyaknya harta bukanlah patokan dalam memberikan mahar. "Jika datang kepada kalian seorang peminang yang kalian merasa ridha dengan agamanya dan akhlaknya, maka nikahkanlah (putri kalian) dengannya.", dan juga sabda Rasulullah Saw, "Sesungguhnya wanita yang terbaik adalah wanita yang paling mudah (ringan) maharnya." (HR.Ibnu Hibban).
  2. Faktor yang kedua ialah sikap berlebihan dalam menentukan biaya pernikahan. Biaya pernikahan tersebut ibarat mahar lain yang harus ditanggung oleh sang peminang. Hal itu merupakan salah satu adat yang ada dalam masyarakat kita. Padahal Allah Swt sama sekali tidak pernah menentukan ketentuan seperti itu. Dan tak jarang pula terjadi pemborosan besar-besaran dari acara walimah atau resepsi saja, akan tetapi kehidupan setelah pernikahan, itulah yang terpenting.
  3. Kemudian yang ketiga adalah faktor studi. Faktor ini sering dijadikan sebagai alasan untuk tidak menikah oleh kebanyakan pemuda-pemudi terpelajar. Mereka berdiri lemah tak berdaya, bingung dan tak tahu harus berbuat apa ketika dihadapkan dengan faktor ini, sedangkan pergaulan bebas terus merajalela dimana-mana, merayu para pemuda untuk bergabung di dalamnya. Padahal Allah Swt telah berfirman yang artinya, "Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu dan orang-orang yang patut (menikah) dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin, Allah Swt akan memampukan mereka dengan karunia-Nya." (QS an-Nur: 32). Disinihlah tanggung jawab orang tua yang berperan membawa anaknya kepada kebaikan dengan menikahkannya dengan memudahkan segala urusan anaknya. Dan sang mempelai pria pun harus menyadarinya tanggung jawabnya di dalam rumah tangga nantinya, yaitu bahwa ia wajib berusaha untuk menghidupi keluarganya. Siamaklah perkataan Imam Syafi'i : "Sungguh, memindahkan bebatuan dari puncak gunung lebih aku sukai dari pada aku harus menunggu pemberian orang lain. Orang-orang mengatakan bahwa pekerjaan itu merupakan pekerjaan yang memalukan, sementara aku mengatakan bahwa yang memalukan itu adalah perbuatan meminta-minta."
  4. Faktor yang keempat ialah merebaknya saran pemuasan hasrat seksual dengan cara yang tidak dibenarkan dan lemahnya kontrol agama. Dalam kehidupan yang penuh dengan tindak penyimpangan dan gaya hidup bebas sekarang ini, seorang pemuda sudah tidak lagi merasakan keinginan untuk menikah dan sudah tidak lagi membutuhkan pernikahan, kecuali jika pintu-pintu yang memudahkannya untuk melakukan perbuatan keji dan jalan-jalan yang mengantarkannya ke gerbang perzinaan ditutup. Sebab dalam kondisi seperti itu, seorang pemuda yang dihadapkan kepada dinding besar menuju gerbang pernikahan sulit dilalui, akhirnya menempuh jalan lain yang lebih instan, dan hasilnya terciptalah pemikiran yang merendahkan hakikat dari pernikahan itu sendiri. "Toh, di kanan kiri sudah tersedia sarana yang dapat memenuhi kebutuhan biologis, untuk apa harus bersusah payah membebani diri dengan tanggung jawab anak dan istri?." pikir mereka. Na'udzu billahi min dzalik.
Seharusnya pemikiran seperti itu tak akan muncul jika setiap individu baik pendidik atau selaku orang tua dan para pemuda memiliki kesadaran muraqabatullah (pengawasan Allah Swt). Merasa dirinya selalu diawasi oleh Allah sang Maha Melihat dan Mendengar, serta memahami agamanya dengan benar.
Oleh karena itu, wahai para orang tua, tanamkanlah pendidikan agama yang benar dan mendalam kepada putra dan putri kita sejak dini agar tak menyesal nantinya. Permudahlah urusan mereka selama tidak keluar dari syariat yang telah ditetapkan Allah Swt, seperti kesiapan mereka untuk menikah, agar tak terjadi kemudratan yang lebih besar dari pada anda mengekangnya menjadi bujangan dengan berbagai alasan yang tidak dibenarkan syariat. Wahai para pemuda-pemudi, jagalah diri kalian dari perbuatan keji. Perdalamlah agama kalian dengan sebebnar-benarnya, karena itu yang akan menghalangi kalian dari tipu dayanya setan yang mengajak kalian "bermain" di Neraka. Dan yakinlah dengan apa yang dijanjikan Allah Swt dan Rasul-Nya, karena janji Allah Swt adalah sebuah kepastian ada hikmah di dalamnya. Allahu ta'ala a'alam.

Mutiara Hadits Nabawi
"Wahai para pemuda, barang siapa di antara kalian yang mampu menikah, maka menikahlah. Karena menikah lebih dapat menahan pandangan dan lebih memelihara kemaluan. Dan barang siap yang tidak mampu, maka hendaklah ia berpuasa ; sebab puasa dapat menekan syahwatnya." (Mutafq 'alaih)
Sumber : Buletin Dakwah An-Nur, Ibnu Ruslan





    Minggu, 21 Agustus 2011

    Cerita Alqomah (ahli ibadat tetapi derhaka pada orang tuanya)

    Abban dari Anas r.a. berkata: “Ada seorang pemuda bernama Alqomah dimasa Rasulullah s.a.w. Pemuda ini rajin ibadat dan banyak sedekah, tiba-tiba ia sakit dan sangat berat sakitnya, maka isterinya menyuruh orang memanggil Rasulullah s.a.w. dan menyatakan bahawa suaminya sakit keras didalam keadaan nazak sakaratal maut dan saya ingin menerangkan kepadamu keadaannya. Maka Rasulullah s.a.w. menyuruh Bilal, Ali, Salman dan Ammar r.a. supaya pergi ketempat Alqomah dan memperhatikan bagaimana keadaannya dan ketika telah sampai kerumah Alqomah mereka langsung masuk kepada Alqomah dan menuntunnya supaya membaca: Laa ilaha illallah, tetapi lidah Alqomah bagaikan terkunci, tidak dapat mengucap dua kalimah syahadah itu, ketika para sahabat itu merasa bahawa Alqomah pasti akan mati, mereka menyuruh Bilal supaya pergi memberutahu hal itu kepada Rasulullah s.a.w.
    Rasulullah s.a.w. langsung bertanya: “Apakah ia masih mempunyai ibu dan ayah?” Jawabnya: “Ayahnya telah meninggal, sedang ibunya masih hidup tetapi terlalu tua.” Rasulullah s.a.w. bersabda kepada Bilal: “Ya Bilal, pergilah kepada ibu Alqomah dan sampaikan kepadanya salamku, dan katakan kepadanya: JIka kau dapat berjalan pergi kepada Rasulullah s.a.w., dan jika tidak dapat maka Rasulullah s.a.w. akan datang kesini.” Jawab ibu Alqomah: “Sayalah yang lebih layak pergi kepada Rasulullah s.a.w. Lalu ia mengambil tongkat dan berjalan hingga masuk kerumah Rasulullah s.a.w. dan sesudah memberi salam ia duduk didepan Rasulullah s.a.w. Maka Rasulullah s.a.w. bertanya: “Beritakan yang benar-benar kepadaku, jika kau dusta kepada ku nescaya akan turun wahyu memberitahu kepadaku, bagaimanakah keadaan Alqomah?” Jawab ibu Alqomah: “Alqomah rajin ibadat sembahyang, puasa dan sedekah sebanyak-banyaknya sehingga tidak diketahui berapa banyaknya.” Rasulullah s.a.w. bertanya lagi: “Lalu bagaimana hubunganmu dengan dia?” Jawab ibu Alqomah: “Saya murka kepadanya.” Rasulullah s.a.w. bertanya: “Mengapa?” Jawab ibu Alqomah: “Kerana ia mengutamakan isterinya lebih daripadaku dan menurut isterinya kepadaku dan menentangku.”
    Maka Rasulullah s.a.w. bersabda: “”Murka ibunya, itulah yang mengunci (menutup) lidahnya untuk mengucap dua kalimah syahadah.” Kemudian Rasulullah s.a.w. menyuruh Bilal supaya mengumpul kayu sebanyak-banyaknya untuk membakar Alqomah dengan api itu. Ibu Alqomah bertanya: “Ya Rasulullah s.a.w., puteraku, buah hatiku akan kau bakar dengan api didepanku? bagaimana akan dapat menerima hatiku?” Rasulullah s.a.w. bersabda: ” “Hai ibu Alqomah, siksaan Allah s.w.t. lebih berat dan kekal, kerana itu jika kau ingin Allah s.w.t. mengampunkan dosanya, maka relakan ia (kau harus ridho padanya), demi Allah s.w.t. yang jiwaku ada ditanganNya tidak akan berguna sembahyang, sedekahnya selama engkau murka kepadanya.” Lalu ibu Alqomah mengangkat kedua tangan dan berkata: “Ya Rasulullah, saya mempersaksikan kepada Allah s.w.t. dilangit dan kau ya Rasulullah, dan siapa yang hadir ditempat ini bahawa saya telah ridho kepadanya.”
    Maka langsung Rasulullah s.a.w. menyuruh Bilal pergi melihat hal keadaan Alqomah, apakah sudah mengucap Laa ilaha illallah atau tidak, khuatir kalau-kalau ibu Alqomah mengucapkan itu hanya kerana malu pada Rasulullah s.a.w. dan tidak pada hatinya. Apabila Bilal sampai dipintu rumah Alqomah tiba-tiba terdengat suara Alqomah membaca Laa ilaha illallah. Lalu Bilal masuk dan berkata: “Hai orang-orang, sesungguhnya murka ibu Alqomah itu yang menutup lidahnya untuk mengucap dua kalimah syahadah dan ridhonya kini melepaskan lidahnya, maka matilah Alqomah pada hari ini.” Maka datanglah Rasulullah s.a.w. dan menyuruh supaya segera dimandikan dan dikafankan, lalu disembahyangkan oleh Rasulullah s.a.w. Dan sesudah dikuburkan Rasulullah s.a.w. berdiri diatas tepi kubur sambil berkata: “Hai sahabat Muhajir dan Anshar, siapa yang mengutamakan isterinya daripada ibunya maka ia terkena kutukan (laknat) Allah s.w.t. dan tidak diterima daripadanya ibadat fardhu dan sunatnya.”
    Ibu Abbas r.a. ketika mengertikan ayat (Yang berbunyi): Wa qodho rabbuka alla ta buda illa iyyaahu, wabil walidaini ihsana, imma yablughanna indakal kibara ahaduhuma au kilahuma fala taqul lahuma uf wala tanharhuma waqul lahuma qoulan karima. (Surah Al Isra ayat 23) (Yang bermaksud) Tuhanmu telah menyuruh supaya kamu jangan menyembah (mengesakan) selain padaNya. Dan terhadap kedua ibu bapa harus berbakti (taat dan baik) apabila telah tua salah satunya atau keduanya disisimu, maka jangan menunjukkan sikat atau sikap jemu atau berkata: Cih, kepada keduanya, umpama jika kau samapi membuang kencing atau najis ibu atau bapa, maka jangan kau tutup hidungmu dan jangan muram mukamu sebab keduanya telah mengerjakan semua itu dimasa kecilmu, dan jangan membentak keduanya dan berkatalah dengan lemah lembut, sopan santun, ramah tamah dan hormat.

    Kamis, 18 Agustus 2011

    Mengenal Allah

    Ma'rifat kepada Allah atau mengenal Allah tentang zat dan sifat-sifat-Nya adalah kewajiban setiap muslim dan muslimat di manapun mereka berada.
    Sebab dengan ma,rifat kepada Allah itu akan bersemilah iman yang ada dalam dada sedangkan iman kepada Allah itu menjadi sendi keyakinan dan lepercayaan yang terpokok dalam Islam. Karananya sungguh beruntung orang yang beriman kepada Allah itu.
    Bilamana seseorang telah tertanam dalam dadanya iman kepada Allah, meyakinkan tentang adanya Allah, meyakinkan bahwa Allah zat Yang Maha Sempurna dalam segala-galanya dan dijauhkan dari segala sifat kekurangan, niscaya akan bersemi pula beriman kepada alam ghaib yakni malaikat, jin, roh dan sebagainya.
    Dan iman kepada Allah itu akan menumbuhkan pula iman kepada kitab-kitab Allah yakni kitab suci yang ditrunkan kepada para Rasul. Dan wujud pada kepercayaan dan iman kepada para Rasul sebagai utusan Allah.
    Yang demikian akan wujud pula iman kepada adanya alam akhirat, yaitu hari bangkitnya manusia dari alam kubur untuk diperhitungkan segala amalnya sewaktu di dunia dahulu meyakini adanya pahala, siksa, syurga dan neraka. Dan akan beriman pula tentang adanya takdir Allah Swt. Begitulah buahnya ma,rifat kepada Allah yang betul-betul bermanfaat bagi hidup dan kehidupan manusia di dunia ini, sebagai hamba Allah.
    Oleh karana itu seorang penyair berkata:
    "Permulaan yang wajib bagi manusia mengenal Tuhan (Allah) denagn penuh keyakinan."

    Jalan mengenal Allah itu ada dua:
    1. Dengan jalan menggunakan akal untuk merenung dan berfikir segala ciptaan Allah Swt.
    2. Denagn jalan mengenal nama Allah dan sifat-sifat-Nya
    Kedua jalan itu harus kita tempuh agar iman yang ada dalam dada kita bertambah yakin dan kuat sehingga menguasai hati.


    Ma'rifat Dengan Jalan Menggunakan Akal

    Anugerah Allah yang diberiakan kepada manusia yang tidak ternilai harganya ialah akal. Dengan akal fikiran manusia dapat mencapai kemajuan sehingga dewasa ini manusia dengan akalnya dapat menginjakan kakinya ke bulan, dapat melayang-layang di udara berjam-jam lamanya. Itulah kalau akal fikiran manusia digunakan dengan sebaik-baiknya.
    Dengan menggunakan akal itu pula manusia dapat mencapai kesempurnaan hidup melebih dari mahluk-mahluk yang lain. Dapat mendirikan gedung yang indah, mendirikan pabrik yang beraneka ragam, mendapatkan hasil tanaman dan lain sebagainya yang bermanfaat bagi hidup, yang semuanya itu tercapai berkat dari ketekunan manusia menggunakan akalnya.
    Maka dalam ma'rifat kepada Allah perlu pula manusia menggunakan akal, ialah dengan jalan memikir-mikir keindahan ciptaan Allah.
    Bagaimana Allah menciptakan matahari  benda raksasa yang membara dapat bergerak di angkasa. Memikir-mikir terjadinya binatang yang beraneka warna ada yang buas seperti harimau ada yang bergading dan berbelalai panjang ialah gajah, memikir-mikir pula tentang keadaan iakan yang bermacam-macam bentuk dan warnanya, indah sekali, semuanya itu bukan manusia yang menciptakan dan yang membuatnya melainkan Allah Swt.


    Nas Al-Qur'an dan Hadis Yang Memerintahkan Manusia Menggunakan Akalnya

    Banyak ayat-ayat Al-Qur'an dan Hadis Nabi Saw yang memerintahkan agar manusia menggunakan akalnya. Merenung dan berfikir tentang hal keduniaan dan keakhiratan. Diantaranya ialah firman Allah Swt :

    "Yang demikian itu Allah menerangkan ayat-ayatnya agar kamu berfikir, hal keadaan dunia dan akhirat." (Al-Baqorah : 219-220)

    Di dalam firman Allah swt yang lain berbunyi :

    "Katakanlah, perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi, karana tidak berguna tanda-tanda kekuasaan Allah dan peringatan-peringatan bagi kaum yang tidak beriman." (Yunus : 101)

    Diseutkan pula :

    "Perhatikan buahnya ketika pohon itu berbuah. Dan sesungguhnya di dalam yang demikian itu ada tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang beriman." (Al-An'am : 99)

    Yang dimaksud perhatikanlah dalam ayat di atas ialah fikirlah.
    Adapun maksud ayat tersebut: Cobalah perhatikan dengan hati yang jernih, bagaimana pohon dapat berbuah, semula buah itu kecil dan akhirnya besar dan masak. Keadaan buah berbeda-beda rasa, warna dan ketika masih muda dan ketika telah masak. Bukan manusia yang membuatnya demikian, melainkan Allah mencipta semesta alam. Yang demikian menjadi bukti kekuasaan Allah Swt yang tak terbatas.
    Cobalah perhatikan bumi, bulan bintang dan matahari berjalan dengan peraturan alam dengan tata tertib yang rapih. Semuanya berjalan dan beredar di tempatnya sendiri-sendiri dengan aman. Tidak berbenturan satu dengan yang lain, sehingga terjadilah pengganti siang dan malam yang teratur, yang demikian menjadi bukti adanya kekuatan ghaib di luar alam ini dengan teratur dan berhikmat, termasuk bumi dan manusia yang mendiaminya, terapung-apung diangkasa nan luas dengan aman.
    Sedangkan kekutan ghaib Yang Maha dahsyat yang menggerakan alam ini menurut ajaran Islam  ialah datangnya dari Allah Yang Maha Agung Yang Maha Sempurna dalam segala-galanya. Allah-lah yang mengatur segala-galanya yang serba berhikmat itu.
    Jadi Allah-lah yang menciptaklan dunia dengan segala isinya ini, sebab Dialah Yang Maha Kuasa, Maha Sempurna, Maha Bijaksana, Maha Perkasa, yang telah menciptakan dunia sesuai dengan Keagungan dan Kebesaran-Nya.
    Kalau sekiranya perjalanan alam yang serba teratur atas kehendak manusia, tentulah tidak sehebat itu. sebab manusia adalah mahluk  yang lemah. Terbukti kendaraan yang di pandu menurut kehendak manusia boleh rusak. Kita dengar di sana sini ada juga kadang-kadang kapal udara jatuh, kapal karam di tengah laut, pelanggaran kereta dengan kereta atau dengan motor dan sebagainya,. Semuanya itu menunjukkan kekurangan dan kelemahan manusia. Kenyataanya keadaan serba  teratur, tidak kacau balau satu dengan yang lain. Bumi, bulan, bintang berjalan di tempatnya masing-masing tentu Allah-lah yang mengaturnya. Oleh karana itu dapat kita simpulkan bahwa adanya dunia ini menunjukan adanya Allah, Tuhan semesta alam.

    Disebutkan dalam Al-Qur'an

    "Katakanlah: Siapakah Tuhan langit dan bumi, jawablah: Allah. Katakanlah: Apakah kamu menjadikan pelindung-pelindung selain Allah sedangkan mereka tidak menguasai kemanfaatan dan kemudharatan terhadap diri mereka sendiri. Katakanlah: Apakah sama orang buta dan orang yang dapat melihat ataukah sama gelap dengan terang. Apakah mereka menjadikan beberapa sekutu bagi Allah dapat menciptakan seperti ciptaan-Nya. Sehingga dua ciptaan itu serupa bagi mereka. Katakanlah Allah-lah yang menciptakan segala sesuatu, dan Dialah Tuhan Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa." (Ar Ra'ad: 16)

    Disebutkan di lain ayat

    "Sesungguhnya di dalam terjadinya langit dan bumi dang pergantian malam dan siang sesungguhnya bukti kekuasaan Allah bagi orang-orang yang berakal. Ialah orang-orang yang ingat kepada Allah di waktu berdiri, duduk, dan berbaring, dan mereka berfikir tentang terjadinya langit dan bumi, kemudian mereka berkata wahai Tuhan kami Engkau tidak menjadikan ini sia-sia, Mha Suci Engkau maka hindarilah kami dari siksa neraka." (Ali Imraan: 190-191)

    Adapun hadis yang memerintahkan agar kita Manusia mengunakan akalnya di antaranya ialah sabda Rasulullah Saw

    "Berfikirlah kamu tentang segala  dan janganlah kamu berfikir tentang zat Allah."

    Akal Yang Terbatas

    Akal manusia terbatas. Oleh karana itu lapangan pemikiran ada batasnya. Manusia tidak dapat memikir sesuatu di luar batas kemampuannya, terutama hal-hal ghaib, misalnya memikirkan hakikat wujud ruh manusia, bila datangnya hari kiamat, malaikat, jin, zat Allah dan sebagainya. Sebab manusia ada batasnya.
    Dalam Al-Qura'an disebutkan 

    Dan mereka bertanya kepada engkau tentang ruh, jawablah soal ruh itu termasuk urusan Tuhanku, dan tidaklah kamu diberi ilmu kecuali sedikit." (Al-Isra': 85)

    Tegasnya karana ilmu manusia hanya sedikit bila dibandingkan dengan ilmhu Allah, maka tidak dapat mengetahui hakikat wujud ruh manusia, karana soal ruh manusia itu.

    Dalam Al-Qur'an disebutkan pula

    "Mereka bertanya kepadamu bilakah datangnya kiamat itu, katakanlah sesungguhnya tentang itu di tanagn Tuhanku, tidak ada orang yang dapat menerangkan waktunya kecuali Ia sendiri>" (Al Aa'araf: 187)

    Seandainya ada orang yag meramalkan hari Kiamat menurut hari ketentuannya ia sendiri, Adalah sebenarnya suatu ramalan kosong, yang bagi kaum muslimin tidak perlu mempercayainya karana hadis Nabi Saw. Jadi biar ramalan itu untuk beliau sendiri saja, dan kita tidak perlu terpengaruh olehnya.
    Dalam hadis muslim disebutkan bahwa Rasulullah Saw menjawab pertanyaan malaikat Jibril tentang bila datangnya hari Kiamat, jawab Baginda:

    "Tidaklah yang ditanya tentang hari kiamat itu lebih mengetahui daripada orang yang bertanya (sama-sama tidak mengetahui)."

    Begitu juga manusia tidak dapat mengetahui hakikat wujud zat Allah Swt, sebab yang demikian di luar batas kemampuan manusia.

    Rasulullah Saw bersabda:
    "Berfikir kamu tentang segala sesuatu dan janganlah kamu memikirkan tentang zat Allah."
    Dalam Al-Qur'an disebutkan:
    "Dia (Allah) tidak dapat dicapai dengan penglihatan mata, sedangkan Dia dapat melihat segala yang kelihatan, dan Dia Maha Halus lagi Maha Mengetahui." (Al-An,am: 103)

    Tegasnya ilmu manusia ada batasnya, tidak dapat menjangkau hal-hal yang ghaib tentang zat Allah Swt.

    Makrifat Dengan Jalan Mengenal Nama Allah dan Sifat-Nya

    Untuk mengenal Allah Swt dapat juga dicapai dengan jalan mengenal nama Allah dan sifat-sifat-Nya.
    Jadi disamping kita berusaha dengan merenung dan berfikir keadaan alam ciptaan Tuhan dan segala isinya bagi meyakini tentang kebesaran, keagungan dan kekuasaan Allah, maka disamping itu pula kita berusaha pula mengetahui nama Allah akan tertanam iman yang kuat dalam dada, sehingga keimanan kita kepada Allah bukan hanya ikut-ikutan melainkan benar-benar mengenal-Nya dengan ilmu dari kesadaran dan keinsafan.

    Allah Tuhan semesta alam mempunyai nama-nama yang terbaik sesuai dengan sifat-sifat Allah Yang Maha Sempurna yang disebut dengan Al Asmaaul Husnaa.
    Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qura'an

    "Katakanlah berdoalah kamu kepada Allah atau ar Rahman. Dengan nama yang mana saja kemu berseru bolehlah karana Dia mempunyai nama-nama yang terbaik." (Al Israa': 110)

    Ayat ini menjelaskan bahwa sebagian dari kaum musyrikin berkata: Mengapa Muhammad melarang kita menyekutakan Allah padahal ia memanggil Allah, Ar Rahman dan lain-lainnya. MEreka tidak mengetahui bahwa Allah, Ar Rahman Ar Rahim dan lain-lainnya itu adalah nama-nama yang baik bagi Allah.

    Ibnu Jari dan Ibnu Marduwaih meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwasanya baginda berkata:

    "Rasulullah Saw pada suatu hati sholat di mekah, kemudian berdoa kepada Allah taa'la, kemudian mengucapkan dalam doanya itu : YA ALLAH - YA RAHMAN. Maka berkatalah orang-orang musyrik, coba perhatikan shabi ini (Rasulullah Saw) melarang kita menyeru dua Tuhan padahal ia menyeru dua Tuhan pula kemudian turunlah ayat di atas. (Qulid'ullaaha awid'ur rahman)." (Al Israa': 110)

    Jadi kita berdoa dengan menyebut Ya Allah atau Ya Rahman ataupun lainya sama saj sebab Allah memiliki nama-nama yang terbaik (Al Asmaaul Husnaa). Boleh menyeru dengan salah satu dari Asmaaul Husnaa itu, sebab tiada lain yang diseru dan dituju adalah Allah Tuhan Yang Maha Esa. Nama-nama yang menunjukan sifat-sifat Allah Yang Maha Agung dan Maha Kuasa itulah yang disebut Al Asmaaul Husnaa.

    Dari Kitab Rahasia Di Balik Kata-kata Indah (Al Asma-ul Husnaa)

    Al Ustaz Ismail Haji Ali

    Selasa, 09 Agustus 2011

    Hikmah Psikologis Puasa

    Lapar dan Keinginan
    Diketahui, tidak ada pengaruh lapar dalam mengobati keinginan-keinginan serta tubuh yang menderita sakit. Para ilmuwan Eropa mengunakan puasa sebagia terapi pengobatan penyakit ini.

    Berkaitan dengan hal ini, dr. John Dart mengatakan, "Kaum agamawan telah lebih tahu keutamaan lapar. Lalu dijadikan lapar sebagai dasar keyakinan mereka. Seseorang dalam keadan lapar, keinginan akan meningkat tajam, kokoh melebihi gunung, dan lebih terang dari pada bintang. Dengnan demikian, rahasia puasa tampak nyata bagi orang-orang terdahulu daripada kini. Mereka berjuang sepenuh jiwa tanpa mengenal bosan dan lelah, mereka taklukan negeri-negeri dan mengalahkan musuh. Semua itu karena pada diri mereka tumbuh keinginan dan harapan serta keyakinan kuat.

    Puasa dan Kesehatan Jiwa

    Menurut sebagian peneliti, "Status manusia berada diantara binatang dan malaikat. Manusia tidak lebih baik daripada binatang kecuali dengan cahaya akal, juga tidak lebih rendah daripada malaikat kecuali jika menempuh jalur syahwat. Jika manusia terbenam menuruti kehendak nafsu, ia condong kepada binatang, namun jika mampu melawan, jiwanya akan meningkat mencapai derajat malaikat.

    Kala orang yang melaksanakan  puasa meninggalkan makan dan minum, ia menjauhi tabiat bumi yang termanifestasi dalam kebutuhan-kebutuhan fisiknya. Kebutuhan-kebutuhan fisik inilah yang menghalangi laju pertumbuhan jiwa menuju alam cahaya.

    Ironisnya, kita tidak tahu ada apa dibalik puasa. Yang kita tahu kalau puasa adalah meninggalkan makan dan minum di siang hari, lalu semua yang tidak bisa kita dapatkan di siang hari itu, kita bisa mendaptkan gantinya di malam hari.

    Artinya, kita berpuasa tidak mencuci untuk jasmani dan menyuburkan ruhani, tapi baru sebatas gugur kewajiban. Manusia adalah jiwa dan raga . Dr. Yusuf Qaradhawi mengatakan "Manusia adalah jiwa yang tinggi, dan raga yang rendah. Raga dalah rumah dan jiwa adalah penghuninya."
    Raga ibarat kendaraan, dan jiwa adalah pengemudinya. Rumah didesain tidak untuk rumah itu sendiri, demikian pula kendaraan tidak untuk dirinya. Namun rumah didesain untuk kemaslatan penghuninya, dan kendaraan untuk kemanfaatan pengemudinya.

    Anehnya, betapa banyak keturunan Adam yang melalaikan dirinya, dan lebih memedulikan rumahnya; menjadikan dirinya sebagai pelayan untuk memenuhi kebutuhan fisiknya, dan melalaikan jiwanya; menghamba pada raga, hanya demi raga bekerja; beraktifitas hanya untuk memenuhi kebutuhan fisik duniawi, di seputar perut dan syahwat.

    Filsafat Puasa
    "Jarang ada pembahasan yang lengkap mengenai falsafah dan hikmah puasa. Secara fisik hanya merupakan bagian dari catatan medis dan tata cara penerapannya. para medis tidak sampai menyentuh taraf hakikat atas catatan yang dibuatnya."
    Hari-hari bulan Ramadhan ibarat 30 butir (obat) yang dikonsumsi setiap tahun untuk penguatan lambung, penyucian darah, dan perawatan mesin pencerna tubuh. Namun bukan itu yang dimaksudkan di sini, akan tetapi kita akan mengambil inspirasi Islam yang mewajibkan puasa bagi penduduk bumi sebagai faktor yang mengukuhkan ide manusia, agar tidak terjadi perubahan jiwa akibat peristiwa yang datang silih berganti.
    • Kesetaraan
    Puasa merupakan wujud kesetaraan ruhani yang dikehendaki syariah pada manusia, baik bagi si kaya maupun si miskin sebagaimana kesetaraan individu dalam shalat yang diwajibkan Islam bagi setiap muslim serta kesetaraan sosial dalam kewajiban ibadah haji bagi orang yang mampu melaksanakannya
    Kesetaraan ini ditujukan mengiringi jiwa manusia dengan tindakan nyata, bahwa ada kehidupan sejati di balik kehidupan dunia yang nisbi, hanya bisa terhujud dengan kesamaan rasa pada manusia, bukan saat berbeda. Yaitu saat bersama merasakan keprihatinan, bukan saat berkompetisi mengikuti keinginan (nafsu) yang beragam.

    • Perbedaan Kebutuhan (perut)
    Jika kita perhatikan, pada hakikatnya tidak ada perbedaan dalam hal akal, nasib, martabat dan kepemilikan. Perbedaan terletak pada kebutuhan perut dan pengaruhnya terhadap akal dan perasaan. Bencana yang menimpa manusia berasal dari perut yang memicu tindakan akal di muka bumi. Ketika terjadi perbedaan antara perut dan otak, perut akan menjulurkan kekuatan pencernaannya yang tidak mampu diredam.
    Di sini puasa berfungsi memberikan pendidikan dan pelatihan, dan menjadikan manusia setara, satu rasa, memberikan batasan antara perut dan materi (yang dibutuhkan), meredam segenap perangkat saraf di dalam tubuh untuk menerima makanan dan berbagai kenukmatan lainnya, bahkan hingga hisapan asap rokok
    •  Kasih Sayang Tumbuh dari Keprihatinan
    Di antara prinsip ilmu jiwa adalah bahwa rasa kasih sayang timbul dari keprihatinan. Inilah sebagian rahasia puasa yang agung berkaitan dengan aspek sosial. Dengan berpuasa seseorang  benar-benar mencegah dirinya dari makanan atau serupa makanan agar tidak masuk ke perut. Dia melakukannya semata hanya ingin menaati perintah Allah. Ini adalah cara praktis mengembangkan kasih sayang dalam diri. Tidak ada cara lain yang lebih praktis selain musibah atau bencana. Namun antara keduanya terdapat perbedaan yang besar. Cara pertam (yaitu dengan berpuasa) adalah cara yang bijak, sementara yang kedua adalah cara yang buta. Cara pertama adalah cara untuk orang-orang yang khusus, sementara cara yang kedua adalah cara orang awam. Cara yang pertama adalah cara yang teratur, sedangkan cara yang kedua adalah cara yang membabi-buta.
    Ketika kasih sayang orang kaya yang lapar kepada orang miskin yang lapar teruwujud, maka rasa kemanusian yang ada dalam diri setiap manusia akan mempunnyai kekuatan dan mereka bisa mengontrol keinginan jiwa terhadap materi. Orang kaya akan mendengar suara orang miskin dalam sanubarinya, "Berilah aku kasih sayangmu." Kemudian dia tidak lagi mendengar suara harapan tetapi perintah dari dalam diri yang harus dituruti dan direspon. Seperti seorang yang terkena musibah menghibur orang-orang yang senasib.
    • Bulam Kesehatan
    Adakah mukjizat perbaikan yang lebih menakjubkan dari pada mukjizat yang telah dibawa oleh Islam, yang telah menetapkan untuk menghapus sejarah perut selama 30 hari setiap tahunnya dan diganti dengan sejarah jiwa yang agung?
    Saya yakin bahwa ada rahasia kesehatan yang tersembunyi dalam puasa yang diwajibkan selama satu bulan setiap dua belas sekali. Rahasia kesehatan ini tanpak dalam tugas-tugas jiwa bagi tubuh dan tugas-tugas tubuh bagi jiwa. Bulan tersebut adalah bulan kesehatan yang telah diwajibkan dalam ilmu kedokteran setiap tahunnya untuk masa istirahat tubuh, pengeluaran racun-racun, perubahan pola hidup, dan agar terjadi perbaikan syaraf-syaraf dalam tubuh. Barangkali hal itu muncul karena adanya hubungan antara sistem dalam peredaran darah di tubuh manusia dengan pergerakan bulan, sejak bulan masuk hilal sampai mengecil kembali. Pembuluh darah akan membesar pada setengah bulan pertama, seakan sedang pasang karena pengaruh cahaya bulan dan akan terus dalam kondisi seperti itu selama cahaya bulan semakin penuh. Kemudian akan mengempis (surut) pada setengah bulan kedua. Jika terbukti bahwa bulan memiliki pengaruh terhadap munculnya penyakit-penyakit syaraf dan dalam pasang surutnya darah, maka ini adalah hikmah yang paling menakjubkan dari penetapan puasa pada bulan qamariyah.
    • Meredam Keinginan
    Antara terlihatnya hilal bulan puasa dan diwajibkannya puasa karena melihat hilal tersebut terdapat makna yang dalam. Bersama dengan ditetapkannya hilal bulan puasa, maka itu menandakan telah ditetapkannya kehendak dan telah dinyatakan secara kuat untuk berpuasa. Cahaya langit seakan memancar dalam mengingatkan semua umat manusia secara umum tentang diwajibkannya kasih sayang, kemanusiaan dan kebajikan.
    Dari sini ada hikmah yang besar dari hikmah-hikmah puasa, yaitu fungsi puasa dalam mendidik kehendak dan menguatkannya dengan cara ilmiah. Puasa melatih seorang untuk meninggalkan syahwat dan kenikmatan hewani dengan kemauan sendiri. Dengan tetap teguh untuk mencegah diri dari hal yang membatalkan puasa dan bersiap dengan kehendaknya, bersabar dengan ahlak kesabaran, serta melakukan dengan sebaik-baik jalan spiritual untuk mendapatkan pemikiran yang teguh dan kokoh yang tidak akan berubah dan tidak akan dikalahkan oleh keinginan-keinginan insting.
    •  Training Ruhani
    Musthafa Shadiq Ar-Raf,i melanjutkan, "Demi Allah, seandainya puasa yang islami ini bisa dilaksanakan oleh seluruh penduduk bumi, pasti makna puasa akan menjadi revolusi umat manusia selama sebulan penuh dalam setahun untuk membersihkan dunia dari kenistaan, kerusakan, menghapus sikap egois dan pelit." Puasa menjadi materi psikologis yang bisa di pelajari penduduk bumi secara aplikatif selama bulan puasa tersebut. Sehingga setiap orang laki-laki atau perempuan, bisa menengok kedasar jiwanya untuk menguji makna membutuhkan dan kemiskinan dalam pikirannya. Dan supaya bisa memahami makna-makna kesabaran, keteguhan dan kemauan dalam dirinya. Dengan begitu dia bisa mencapai derajat kemanusiaan, egaliter dan kebaikan, sehingga akan terhujud nilai-nilai persaudaraan, kebebasan dan persamaan yang hakiki.
    Semua yang saya sebutkan dalam tulisan tentang filsafat berpuasa ini, saya sarikan dari ayat,
    "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. (Al-Baqarah 2:183).
    Para ulama telah memahami kandungan ayat ini bahwa di antara makna takwa adalah berpuasa.
    Saya mengintrpretasi ayat ini sebagai berikut, bahwa takwa berasal dari ittiqa' (menjaga diri). Dengan puasa seseorang menjaga dirinya agar tidak menjadi seperti binatang yang aturan hukumnya adalah hukum perut dan supaya tidak berinteraksi di dunia dengan materi-materi hukum perut tersebut. Dengan berpuasa masyarakat akan terjaga kemanusiaan dan esksitensinya, sehingga hubungan antar manusia tidak seperti hubungan keledai dengan manusia yang kekuatannya bisa dibeli dengan seikat rumput.
    Ar-Rafi'i melanjutkan, "Semua yang saya jelaskan adalah menghidari bahaya untuk mendatangkan manfaat, dan menghidari kenistaan untuk mendatangkan keutamaan. Dengan interpretasi seperti ini, tidak ada yang menjelaskan makna puasa dengan ungkapan yang lebih ringkas dan sempurna seperti ayat tersebut. Puasa menjadi aturan sosial umat manusia secara umum. Dengan masyarakat bisa melindungi diri dari keburukan dirinya. Dunia tidak akan teratur jika tidak ada undang-undangn yang ditaati berupa hukum yang universal yang namanya puasa."
    Betapa agungnya engkau wahai bulan Ramadhan! Seandainya seluruh penduduk bumi mengenalmu dengan sebenar-benarnya, pasti mereka akan menyebutmu, "Training ruhani tiga puluh hari."

    Karya: Ali Wasil El Helwany
    Dari Buku Manfaat Luar Biasa Puasa, Medis, Psikologis & Spritual

    Minggu, 07 Agustus 2011

    11 Amalan Ketika Berbuka Puasa

    Ketika berbuka puasa sebenarnya terdapat berbagai amalan yang membawa kebaikan dan keberkahan. Namun seringkali kita melalaikannya, lebih disibukkan dengan hal lainnya. Hal yang utama yang sering dilupakan adalah do’a. Secara lebih lengkapnya, mari kita lihat tulisan berikut seputar sunnah-sunnah ketika berbuka puasa:
    Pertama: Menyegerakan berbuka puasa.
    Yang dimaksud menyegerakan berbuka puasa, bukan berarti kita berbuka sebelum waktunya. Namun yang dimaksud adalah ketika matahari telah tenggelam atau ditandai dengan dikumandangkannya adzan Maghrib, maka segeralah berbuka. Dan tidak perlu sampai selesai adzan atau selesai shalat Maghrib. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
    لاَ يَزَالُ النَّاسُ بِخَيْرٍ مَا عَجَّلُوا الْفِطْرَ
    Manusia akan senantiasa berada dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka.” (HR. Bukhari no. 1957 dan Muslim no. 1098)
    Dalam hadits yang lain disebutkan,
    لَا تَزَالُ أُمَّتِى عَلَى سُنَّتِى مَا لَمْ تَنْتَظِرْ بِفِطْرِهَا النُجُوْمَ
    Umatku akan senantiasa berada di atas sunnahku (ajaranku) selama tidak menunggu munculnya bintang untuk berbuka puasa.” (HR. Ibnu Hibban 8/277 dan Ibnu Khuzaimah 3/275, sanad shahih). Inilah yang ditiru oleh Rafidhah (Syi’ah), mereka meniru Yahudi dan Nashrani dalam berbuka puasa. Mereka baru berbuka ketika munculnya bintang. Semoga Allah melindungi kita dari kesesatan mereka. (Lihat Shifat Shoum Nabi, 63)
    Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berbuka puasa sebelum menunaikan shalat Maghrib dan bukanlah menunggu hingga shalat Maghrib selesai dikerjakan. Inilah contoh dan akhlaq dari suri tauladan kita shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sebagaimana Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata,
    كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يُفْطِرُ عَلَى رُطَبَاتٍ قَبْلَ أَنْ يُصَلِّىَ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ رُطَبَاتٌ فَعَلَى تَمَرَاتٍ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ حَسَا حَسَوَاتٍ مِنْ مَاءٍ
    Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasanya berbuka dengan rothb (kurma basah) sebelum menunaikan shalat. Jika tidak ada rothb, maka beliau berbuka dengan tamr (kurma kering). Dan jika tidak ada yang demikian beliau berbuka dengan seteguk air.” (HR. Abu Daud no. 2356 dan Ahmad 3/164, hasan shahih)
    Kedua: Berbuka dengan rothb, tamr atau seteguk air.
    Sebagaimana disebutkan dalam hadits Anas bin Malik di atas, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat menyukai berbuka dengan rothb (kurma basah) karena rothb amat enak dinikmati. Namun kita jarang menemukan rothb di negeri kita karena kurma yang sudah sampai ke negeri kita kebanyakan adalah kurma kering (tamr). Jika tidak ada rothb, barulah kita mencari tamr (kurma kering). Jika tidak ada kedua kurma tersebut, maka bisa beralih ke makanan yang manis-manis sebagai pengganti. Kata ulama Syafi’iyah, ketika puasa penglihatan kita biasa berkurang, kurma itulah sebagai pemulihnya dan makanan manis itu semakna dengannya (Kifayatul Akhyar, 289). Jika tidak ada lagi, maka berbukalah dengan seteguk air. Inilah yang diisyaratkan dalam hadits Anas di atas.
    Ketiga: Sebelum makan berbuka, ucapkanlah ‘bismillah’ agar tambah barokah.
    Inilah yang dituntunkan dalam Islam agar makan kita menjadi barokah, artinya menuai kebaikan yang banyak.
    Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
    إِذَا أَكَلَ أَحَدُكُمْ فَلْيَذْكُرِ اسْمَ اللَّهِ تَعَالَى فَإِنْ نَسِىَ أَنْ يَذْكُرَ اسْمَ اللَّهِ تَعَالَى فِى أَوَّلِهِ فَلْيَقُلْ بِسْمِ اللَّهِ أَوَّلَهُ وَآخِرَهُ
    Apabila salah seorang di antara kalian makan, maka hendaknya ia menyebut nama Allah Ta’ala (yaitu membaca ‘bismillah’). Jika ia lupa untuk menyebut nama Allah Ta’ala di awal, hendaklah ia mengucapkan: “Bismillaahi awwalahu wa aakhirohu (dengan nama Allah pada awal dan akhirnya)”.” (HR. Abu Daud no. 3767 dan At Tirmidzi no. 1858, hasan shahih)
    Dari Wahsyi bin Harb dari ayahnya dari kakeknya bahwa para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata,
    يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّا نَأْكُلُ وَلاَ نَشْبَعُ. قَالَ « فَلَعَلَّكُمْ تَفْتَرِقُونَ ». قَالُوا نَعَمْ. قَالَ « فَاجْتَمِعُوا عَلَى طَعَامِكُمْ وَاذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ عَلَيْهِ يُبَارَكْ لَكُمْ فِيهِ »
    Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami makan dan tidak merasa kenyang?” Beliau bersabda: “Kemungkinan kalian makan sendiri-sendiri.” Mereka menjawab, “Ya.” Beliau bersabda: “Hendaklah kalian makan secara bersama-sama, dan sebutlah nama Allah, maka kalian akan diberi berkah padanya.” (HR. Abu Daud no. 3764, hasan). Hadits ini menunjukkan bahwa agar makan penuh keberkahan, maka ucapkanlah bismilah serta keberkahan bisa bertambah dengan makan berjama’ah (bersama-sama).
    Keempat: Berdo’a ketika berbuka “Dzahabazh zhoma-u …”
    Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma berkata,
    كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- إِذَا أَفْطَرَ قَالَ « ذَهَبَ الظَّمَأُ وَابْتَلَّتِ الْعُرُوقُ وَثَبَتَ الأَجْرُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ ».
    Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika telah berbuka mengucapkan: ‘Dzahabazh zhoma’u wabtallatil ‘uruqu wa tsabatal ajru insya Allah (artinya: Rasa haus telah hilang dan urat-urat telah basah, dan pahala telah ditetapkan insya Allah)’.” (HR. Abu Daud no. 2357, hasan). Do’a ini bukan berarti dibaca sebelum berbuka dan bukan berarti puasa itu baru batal ketika membaca do’a di atas. Ketika ingin makan, tetap membaca ‘bismillah’ sebagaimana dituntunkan dalam penjelasan sebelumnya. Ketika berbuka, mulailah dengan membaca ‘bismillah’, lalu santaplah beberapa kurma, kemudian ucapkan do’a di atas ‘dzahabazh zhoma-u …’. Karena do’a di atas sebagaimana makna tekstual dari “إِذَا أَفْطَرَ “, berarti ketika setelah berbuka.
    Catatan: Adapun do’a berbuka, “Allahumma laka shumtu wa ‘ala rizqika afthortu (Ya Allah, kepada-Mu aku berpuasa dan kepada-Mu aku berbuka)” Do’a ini berasal dari hadits hadits dho’if (lemah).  Begitu pula do’a berbuka, “Allahumma laka shumtu wa bika aamantu wa ‘ala rizqika afthortu” (Ya Allah, kepada-Mu aku berpuasa dan kepada-Mu aku beriman, dan dengan rizki-Mu aku berbuka), Mula ‘Ali Al Qori mengatakan, “Tambahan “wa bika aamantu” adalah tambahan yang tidak diketahui sanadnya, walaupun makna do’a tersebut shahih. Sehingga cukup do’a shahih yang kami sebutkan di atas (dzahabazh zhomau …) yang hendaknya jadi pegangan dalam amalan.
    Kelima: Berdo’a secara umum ketika berbuka.
    Ketika berbuka adalah waktu mustajabnya do’a. Jadi janganlah seorang muslim melewatkannya. Manfaatkan moment tersebut untuk berdo’a kepada Allah untuk urusan dunia dan akhirat. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
    ثَلاَثَةٌ لاَ تُرَدُّ دَعْوَتُهُمُ الإِمَامُ الْعَادِلُ وَالصَّائِمُ حِينَ يُفْطِرُ وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ
    Ada tiga orang yang do’anya tidak ditolak : (1) Pemimpin yang adil, (2) Orang yang berpuasa ketika dia berbuka, (3) Do’a orang yang terzholimi.” (HR. Tirmidzi no. 2526 dan Ibnu Hibban 16/396, shahih). Ketika berbuka adalah waktu terkabulnya do’a karena ketika itu orang yang berpuasa telah menyelesaikan ibadahnya dalam keadaan tunduk dan merendahkan diri (Lihat Tuhfatul Ahwadzi, 7: 194).
    Keenam: Memberi makan berbuka.
    Jika kita diberi kelebihan rizki oleh Allah, manfaatkan waktu Ramadhan untuk banyak-banyak berderma, di antaranya adalah dengan memberi makan berbuka karena pahalanya yang amat besar. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
    مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ غَيْرَ أَنَّهُ لاَ يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمِ شَيْئًا
    Siapa memberi makan orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikit pun juga.” (HR. Tirmidzi no. 807, Ibnu Majah no. 1746, dan Ahmad 5/192, hasan shahih)
    Ketujuh: Mendoakan orang yang beri makan berbuka.
    Ketika ada yang memberi kebaikan kepada kita, maka balaslah semisal ketika diberi makan berbuka. Jika kita tidak mampu membalas kebaikannya dengan memberi yang semisal, maka doakanlah ia.  Dari ‘Abdullah bin ‘Umar, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
    وَمَنْ صَنَعَ إِلَيْكُمْ مَعْرُوفًا فَكَافِئُوهُ فَإِنْ لَمْ تَجِدُوا مَا تُكَافِئُونَهُ فَادْعُوا لَهُ حَتَّى تَرَوْا أَنَّكُمْ قَدْ كَافَأْتُمُوهُ
    Barangsiapa yang memberi kebaikan untukmu, maka balaslah. Jika engkau tidak dapati sesuatu untuk membalas kebaikannya, maka do’akanlah ia sampai engkau yakin engkau telah membalas kebaikannya.” (HR. Abu Daud no. 1672 dan Ibnu Hibban 8/199, shahih)
    Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam diberi minum, beliau pun mengangkat kepalanya ke langit dan mengucapkan,
    اللَّهُمَّ أَطْعِمْ مَنْ أَطْعَمَنِى وَأَسْقِ مَنْ أَسْقَانِى
    Allahumma ath’im man ath’amanii wa asqi man asqoonii” [Ya Allah, berilah ganti makanan kepada orang yang memberi makan kepadaku dan berilah minuman kepada orang yang memberi minuman kepadaku]” (HR. Muslim no. 2055)
    Kedelapan: Ketika berbuka puasa di rumah orang lain.
    Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika disuguhkan makanan oleh Sa’ad bin ‘Ubadah, beliau mengucapkan,
    أَفْطَرَ عِنْدَكُمُ الصَّائِمُونَ وَأَكَلَ طَعَامَكُمُ الأَبْرَارُ وَصَلَّتْ عَلَيْكُمُ الْمَلاَئِكَةُ
    Afthoro ‘indakumush shoo-imuuna wa akala tho’amakumul abroor wa shollat ‘alaikumul malaa-ikah [Orang-orang yang berpuasa berbuka di tempat kalian, orang-orang yang baik menyantap makanan kalian dan malaikat pun mendo’akan agar kalian mendapat rahmat].” (HR. Abu Daud no. 3854 dan Ibnu Majah no. 1747 dan Ahmad 3/118, shahih)
    Kesembilan: Ketika menikmati susu saat berbuka.
    Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
    مَنْ أَطْعَمَهُ اللَّهُ الطَّعَامَ فَلْيَقُلِ اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيهِ وَأَطْعِمْنَا خَيْرًا مِنْهُ. وَمَنْ سَقَاهُ اللَّهُ لَبَنًا فَلْيَقُلِ اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيهِ وَزِدْنَا مِنْهُ
    Barang siapa yang Allah beri makan hendaknya ia berdoa: “Allaahumma baarik lanaa fiihi wa ath’imnaa khoiron minhu” (Ya Allah, berkahilah kami padanya dan berilah kami makan yang lebih baik darinya). Barang siapa yang Allah beri minum susu maka hendaknya ia berdoa: “Allaahumma baarik lanaa fiihi wa zidnaa minhu” (Ya Allah, berkahilah kami padanya dan tambahkanlah darinya). Rasulullah shallallahu wa ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak ada sesuatu yang bisa menggantikan makan dan minum selain susu.” (HR. Tirmidzi no. 3455, Abu Daud no. 3730, Ibnu Majah no. 3322, hasan)
    Kesepuluh: Minum dengan tiga nafas dan membaca ‘bismillah’.
    Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,
    كان يشرب في ثلاثة أنفاس إذا أدنى الإناء إلى فيه سمى الله تعالى وإذا أخره حمد الله تعالى يفعل ذلك ثلاث مرات
    Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa minum dengan tiga nafas. Jika wadah minuman didekati ke mulut beliau, beliau menyebut nama Allah Ta’ala. Jika selesai satu nafas, beliau bertahmid (memuji) Allah Ta’ala. Beliau lakukan seperti ini tiga kali.” (Shahih, As Silsilah Ash Shohihah no. 1277)
    Kesebelas: Berdoa sesudah makan.
    Di antara do’a yang shahih yang dapat diamalkan dan memiliki keutamaan luar biasa adalah do’a yang diajarkan dalam hadits berikut. Dari Mu’adz bin Anas, dari ayahnya ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
    مَنْ أَكَلَ طَعَامًا فَقَالَ الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِى أَطْعَمَنِى هَذَا وَرَزَقَنِيهِ مِنْ غَيْرِ حَوْلٍ مِنِّى وَلاَ قُوَّةٍ. غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
    Barang siapa yang makan makanan kemudian mengucapkan: “Alhamdulillaahilladzii ath’amanii haadzaa wa rozaqoniihi min ghairi haulin minnii wa laa quwwatin” (Segala puji bagi Allah yang telah memberiku makanan ini, dan merizkikan kepadaku tanpa daya serta kekuatan dariku), maka diampuni dosanya yang telah lalu.” (HR. Tirmidzi no. 3458, hasan)
    Namun jika mencukupkan dengan ucapan “alhamdulillah” setelah makan juga dibolehkan berdasarkan hadits Anas bin Malik, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
    إِنَّ اللَّهَ لَيَرْضَى عَنِ الْعَبْدِ أَنْ يَأْكُلَ الأَكْلَةَ فَيَحْمَدَهُ عَلَيْهَا أَوْ يَشْرَبَ الشَّرْبَةَ فَيَحْمَدَهُ عَلَيْهَا
    Sesungguhnya Allah Ta’ala sangat suka kepada hamba-Nya yang mengucapkan tahmid (alhamdulillah) sesudah makan dan minum” (HR. Muslim no. 2734) An Nawawi rahimahullah mengatakan, “Jika seseorang mencukupkan dengan bacaan “alhamdulillah” saja, maka itu sudah dikatakan menjalankan sunnah.” (Al Minhaj Syarh Shahih Muslim, 17: 51)
    Demikian beberapa amalan ketika berbuka puasa. Moga yang sederhana ini bisa kita amalkan. Dan moga bulan Ramadhan kita penuh dengan kebaikan dan keberkahan. Wallahu waliyyut taufiq.
    Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat.
    Panggang-Gunung Kidul, 27 Sya’ban 1432 H (29/07/2011)

    Sabtu, 06 Agustus 2011

    Koleksi

       









    (Aang)    

    Kenang2an pandegelang Banten (Menes, mandalawangi, Gunung Karang-kmpung Pasir Angin, Karang Bolong) Thanx buat aang(Jaket Putih Item) yang dh nyediain tmpat. mudh2 thn ini bsa k sana lagi. Amin. Jarak Jakarta Pandegelang yang ditempuh dengan motor krng lebih 4 Jam. tapi bila konfoi mungkin lebih dr 4 jam.
    Banyak kenangan di sana yang tak terlupakan dan juga kejadian2 yg terjadi insiden yogy yg tengelam di laut n juga ga kalah seruh insiden weli n gabroy yg bikin kita punya kampung gempar. Kejar2an ma orng pandegelang smpi kita punya tmn pada nyasar smoga bnyak pelajaran yg kita dapat ambil dan juga  hikmahnya dari perjalan ini yg mana kita dapat mengenal  sebagian org pandegelang menambah silahtuhrami dan persaudaraan.