"Ya Allah, sesungguhnya aku memohon cinta-Mu, dan ajari aku amal yang saleh yang mengantarkan aku untuk memperoleh cinta-Mu." (HR Ibnu Khuzaimah, Ath-Thabrani, Ahmad, Al-Hakim, At-Tirmidzi)
Anas bin Malik r.a. menceritakan, "Ketika aku dan Rasulullah Saw keluar dari masjid, kami bertemu dengan seorang laki-laki di pintu masjid. Pria itu bertanya,
"Wahai Rasulullah! Kapankah hari kiamat terjadi?" Rasul menjawab, "Apa yang telah engkau persiapkan untuk menyambutnya?" Laki-laki itu terdiam sebentar, lalu menjawab, "Wahai Rasulullah! Aku tidak mempunyai banyak persiapan amal, baik itu salat, puasa, maupun sedekah. Tapi aku mencintai Allah dan Rasul-Nya." Kemudian Rasulullah bersabda, "Engkau akan bersama dengan orang yang engkau cintai."(HR Bukhari dan Muslim)
Sebuah pernyataan dari Rasulullah Saw yang amat membahagiakan. Kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya yang melekat di dalam hati seorang hamba akan mengganti kekurangan amalnya dan menempatkannya pada derajat yang tinggi. Terlebih lagi amal seseorang cenderung sering dihinggapi penyakit: riya, takabur, ujub, dan cepat ingin memperoleh balasan. Hanya kecintaan yang tulus kepada Allah dan Rasul-Nya yang dapat menepis segala penyakit-penyaki itu.
Seseorang yang mencintai Allah 'Azza wa Jalla dan Rasul-Nya akan merasakan kelezatan iman dan kenikmatan hidup dalam ridha-Nya dalam keadaan sempit atau lapang. Saat sempit dan susah, seorang hamba akan bersabar atas kesempitannya dan kesusahannya; dan ketika lapang, tak pernah ia lupa bersyukur atas apa yang ia dapatkan.
Cinta dan amal bukanlah dua hal yang terpisah. Justru cinta kepada Allah dan Rasul-Nya harus dibuktikan dengan amal yang dilakukannya. Mungkinkah kita mencintai Allah SWT tapi kita membangkang terhadap perintah salat yang diwajibkan? Demikian juga sebaliknya, setiap amal yang dilakukantanpa diiringi rasa cinta kepada Allah SWT dan Rasul-Nya bagaikan kehidupan tanpah ruh. Hambar dan tidak berarti.
"Katakanlah (Muhammad): Jikalau bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, pasangan-pasangan hidupmu, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya, dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik." (QS At-Taubah [9]: 24)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar