MAMPIR GAN DI LAPAK ANE

Jumat, 01 April 2011

Kepasrahan Yang Tulus

Di depan sahabat-sahabatnya sebelum berhijrah, Rasulullah Saw menyampaikan pesan, "Malaikat datang kepadaku dan menyampaikan bahwa Allah 'Azza wa Jalla menawarkan untuk mengubah seluruh batu yang ada di bukit-bukit sekeliling kota Mekah menjadi emas untukku. Lalu aku menjawab, "Tidak, ya Tuhanku, cukup bagiku agar merasakan lapar pada satu hari dan merasakan kenyang pada satu hari lainnya, sehingga aku bisa merendahkan diriku di hadapan-Mu saat aku lapar, serta bersyukur dan memuji-Mu ketika aku merasa kenyang." (HR At-Tirmidzi).
Sebuah ketulusan yang luar biasa diucapkan oleh seorang hamba kekasih Allah 'Azza wa Jalla. Allahuma Shalli 'ala Muhammad. Tak ada rasa gentar menghadapi kesulitan hidup. Tak ada rasa ingin menikmati hidup secara berlebihan. Itulah yang tersirat dari ucapan tulus dari seorang manusia mulia. Rasulullah Saw.
Lihatlah diri kita. Sanggupkah dari bibir kita keluar ucapan setulus dan sedalam itu? Bukankah selalu yang kita inginkan hanyalah memperoleh kenikmatan di dunia ini? Tidakah saat sedikit saja kesusahan menghampiri, kita bermuram durja dan selalu menyalahkan orang lain? itulah kita. Amat wajar kalau kitalah yang mesti meneladani Beliau, manusia sempurna (Insan Kamil) yang sempat Allah Swt ciptakan untuk kita tiru prilakunya.
Selalu akan ada dua jalan yang ditempuh manusia dalam hidupnya: pasarah pada keinginan nafsu atau pasrah pada kehendak Allah Swt. Bila jalan pertama yanng dipilih, maka di sana yang menjadi panglima adalah keinginan menumpik harta, meraih kekuasaan, mengejar popularitas, dan mengumbar segala keinginan nafsu. Sementara kalau jalan kedua yang dipilih, maka Allah-lah yang selalu menjadi panglima hidupnya
Menjalani hidup penuh kepasrahan kepada Allah Swt menerima apapun yang menjadi ketentuan-Nya, adalah sebuah pilihan yang sangat tepat. Namun sering kali kepasrahan ini dilakukan karena memang tidak ada alternatif lain selain pasrah. Kepasrahan semacam ini sudah tentu tidak akan berefek pada kejenuhan batin dan kesucian jiwa yang akan menjadi tempat bersemayamnya Allah Swt sebab, Rasulullah Saw memilih jalan kehidupan yang ke dua ini dalam keadaan sanggup dan pantas untuk memperoleh segala yang ada pada jalan yang pertama.
Seorang ulama klasik kenamaan, Sufyan Ats-Tsauri, suatu ketika kedatangan seorang muridnya dan bertanya, "Wahai Imam, aku ingin agar Allah ridha kepadaku; apa yang harus aku lakukan?" Sufyan menjawab, "Jika engkau ridha kepada Allah Swt, niscaya Dia akan ridha kepadamu." "Tapi bagaimana caranya?" Tanya sang murid lagi. Sufyan menjelaskan, "senanglah terhadap musibah sebagaimana senangnya engkau terhadap nikmar Allah. Sebab keduanya merupakan takdir yang telah ditetapkan Allah atasmu."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar