MAMPIR GAN DI LAPAK ANE

Minggu, 15 Mei 2011

Abu Ubaidah bin Jarrah Orang Kepercayaan Umat ini

Hudzaifah meriwayatkan, rombongan dari Najran datang menghadap Rasulullah Saw lalu mereka berkata : "Utuslah kepada kami seorang yang dapat dipercaya. Rasulullah Saw bersabda: "Aku akan utus kepada kalian utusan terpercaya yang benar-benar bisa dipercaya. Orang banyak pun berharap sebutan mulia ini, tetapi Rasulullah Saw mengutus Abu Ubaidah bin al-Jarrah." (shahih Bukhari [3745,7254,4380-1] ; Shahiih Muslim [2420])

Pengantar. Hari ini, betapa sulitnya mencari sosok pemimpin teladan. Idola ada, tapi kering dari keteladanan. Tokoh banyak, tapi miskin kharisma. Orang pintar bejibun, tapi ilmunya tak mebawa manfaat. Panggung politik yang suka mengobral janji, para pembual yang tidak malu menjual mimpi kepada rakyat, panggung sandiwara selebritis, sinetron yang penuh kepura-puraan membawa manusia modern pada gaya hidup yang sarat dusta dan khianat. Padahal jika dusta sudah menjamur, khianat merajalela, rasa malu yang hilang, maka sempurnalah munkaratul akhlaq menimpa masyarakat.

Umat islam punya khazanah tokoh hasil tempaan orang terbaik di kolong bumi ini, di antaranya Abu Ubaidah bin Jarrah yang Nabi Saw anugerahi "orang kepercayaan umat ini." Inilah ringkasan kisahnya.
Data diri. Nama aslinya 'Amir bin 'Abdillah bin Jarrah Al Fihry Ubaidah, nisbat terhadap kun'yah dan nasab kakeknya. Masuk dalam daftar 10 sahabat ahli surga. Masuk Islam di tangan Abu Bakar Shiddiq. 'Abdullah bin Umar pernah menceritakan tentang sifat-sifatnya yang mulia; "ada tiga orang Quraisy yang sangat cemerlang wajahnya, tinggi ahlak dan sangat pemalu. Paling takut mendengar kabar ghaib dari lisan Rasulullah Saw. Bila berbicara, mereka tak pernah berdusata dan apabila orang berbicara kepada mereka tidak cepat-cepat mendustakan. Mereka itu ialah Abu Bakar Shiddiq, Utsman bin Affan dan Abu Ubaidah bin Jarrah radhiyallahu 'anhum."
Perawakannya. Tubunya kurus tinggi, berjenggot tipis, dengan kulitnya yang bersih. Jiwanya jujur, tawadhu' dan pemalu. Al Haya'u fi Quraisy, sifat malu itu dulunya milik orang Quraisy.
Peranannya. Nabi Saw bersabda: "Tidak ada orang yang selalu aku butuhkan selalu ada, selain Abu Ubaidah." Ummul mu'minin 'Aisyah radhiyallahu 'anha memuji pengabdiannya. Abu Ubaidah ikut dalam rombongan hijrah kedua ke Ethiopia. Ikut dalam berbagai even jihad, milai dari ekspansi tsaraya sampai ghazawat, dari peperangan lokal sampai peperangan terbuka. Abu Ubaidah terlibat dalam banyak penaklukan sampai wilayah Suriah, Fahl Baisyan, Dmaskus. Menyusul kota Qinnasrin, Qaisarah, Biqa' hingga Ba'labak tahun 17 H. Sebelumnya, kota Himsh di Damaskus tahun 15 H adalah kota taklukan di bawah pimpinan Abu Ubaidah bin Jarrah dengan Khalid bin Walid, Mu'jam Al Buldan, 2:282,302).

Terlibat penuh dalam perang Badar berhadapan dengan orang tuanya sendiri, karena itu turun ayat pujian atas dirinya dalam Al-Mujadalah : 22. Saat perang Uhud ia berhadapan dengan ayahnya dalam barisan kaum musyrikin. Sang ayah tewas ditangan anaknya sendiri. Ketika pipi Nabi terluka akibat hancurnya helm penutup kepala beliau oleh hantaman rantai besi, Abu Ubaidah mencabut mata rantai yang menempel di pipi Rasulullah dengan giginya, sehingga kedua giginya tanggal. Abu Bakar shiddiq mengisahkan, "Saat itu saya terpisah dengan Nabi Saw, saya segera berlari mendaptkan Rasulullah Saw ada orang yang datang bagaikan terbang dari jurusan timur. Maka aku berkata, "Ya Allah semoga itu merupakan pertolongan. 'Tatkala aku sampai kepada Rasulullah, ternyata orang itu adalah Abu Ubaidah bin Jarrah yang telah mendahuluiku ke sana". Mengenai kisah ini turunlah surat Ali Imran : 172, "(Yaitu) orang-orang yang menta'ati perintah Allah dan Rasul-Nya sesudah mereka mendapat luka (dalam peperangan Uhud). Bagi orang-orang yang berbuat kebaikan di antara mereka dan yang bertakwa ada pahala yang besar." (Imam Ibnu Hibban dalam Shahihnya [4941];  Al Bazzar dalam Musnad [63]; Imam Al-Haitsami dalam Al Majma' [6:112]
Karir politiknya. Abu Ubaidah adalah utusan Rasulullah Saw dalam banyak ekspansi. Di antaranya ke Bahrain sebagai petugas jizyah (pajak negara). Tugas terberatnya ketika di utus  bersama 300 pasukan ke wilayah pesisir pantai, selama sebulan pada tahun ke-8 H. Jabir bin 'Abdullah bercerita, Rasulullah Saw hanya membekali kami satu karung kurma. Tiap hari, kami makan dengan cara menghisap kurma campu air, mirip bayi. Pasukan ini hampi mati kelaparan, dan hanya bisa menikmati lautan pantai. Ketika sampai ke kota Madinah, kami melapor: Nabi Saw hanya menjawab "itulah rezeki kalian."

Pernah menjadi Gubenur Syam di masa 'Umar dan wafat di sana. Ia wafat sebagai syuhada bersama 25.000 penduduk syam dalam wabah virus tha'un 'Imawas yang menyerang wilayah Baitul Maqdis tahu 18 H di jaman pemerintahan Khalifah 'Umar. Ketika khalifah Umar mengadakan kunjungan ke Suriah dan singgah di rumah Abu Ubaidah, tak terllihat sesuatu pun oleh Umar ra kecuali pedang, perisai dan pelana kuda tunggangannya. Umar bertanya, "Wahai sahabatku, mengapa engkau tidak mengambil sesuatu sebagaiman orang lain mengambilnya?" Beliau menjawab: "Wahai Amirul Mukminin, ini saja sudah cukup menyenangkan."
Abu Ubaidah termasuk tiga kandidat utama selain Abu Bakar Shidiq yang dipandang layak menjadi khalifatur Rasul Saw "Salah satu dari kedua orang ini adalah yang paling tepat menjadi khalifah. Umar yang dikatakan oleh Rasulullah sebagia "Amin hadzihi'lummah", orang kepercayaan umat ini," tutur Abu Bakar Shidiq. Abu Ubaidah menitup mukanya dan menangis dengan rasa malu. Umar bin Khathab lalu berteriak, "Demi Allah, aku lebih suka dibawa ke depan lalu leherku ditebas walau tanpa dosa, daripada diangkat menjadi pemimpin suatu kaum dimana terdapat Abu Bakar." (Al Awashim minal Qawashim, Imam Ibnul Jauzi).

Khalifah Umar pernah berandai. "seandainya Abu Ubaidah masih hidup, tentu ia di antara orang-orang yang aku angkat sebagia penggantiku. Dan jika Tuhanku menanyakan hal itu, niscaya aku jawab, "Aku angkat orang kepercayaan Allah dan kepercayaan Rasul-Nya".
Gaya hidupnya. Ketika menjabat Gubenur Suriah, mendatangi rumahnya dalam suatu kunjungan kenegaraan. Abu 'Ubaidah bertanya, "Untuk apakah kau datang ke rukmahku? Sesungguhnya aku takut kau tak kuasa menahan air matamu begitu mengetahui keadanku nanti".
Begitu sampai di rumah Abu Ubaidah, alangkah terkejutnyua Khalifah Umar karena ia mendapati rumah Gubernur Suriah itu kosong melompong, tanpa perabotan sama sekali. Umar kemudian bertanya, "Hai Abu Ubaidah. di manakah penghidupanmu? mengapa aku tidak melihat barang berharga selain sepotong kain lusuh dan sebuah piring besar itu, padahal kau seorang Gubernur?. Adakah kau memiliki makanan?". Abu Ubaidah berdiri dari duduknya menuju ranjang dan memungut arang. Khalfah Umar meneteskan air mata melihat kondisi sang Gubernur itu. Abu Ubaidah kemudian menjawab, "Wahai Amirul Mukminin, bukankah sudah kukatakan tadi bahwa kau kesini hanya untuk menangis."Khalifah Umar menimpali, "Banyak seka;i diantara kita orang-orang yang tertipu oleh godaan dunia." Subhanallah sifat ini lah yang tidak dimiliki pejabat tinggi negara kita hari ini.

Di lain kesempatan, khalifah Umar mengirim uang kepada Abu Ubaidah sejumlah 4000 dinar. Utusan Umar melapor bahwa Abu Ubaidah mebagi-bagi kiriman tersebut. Umar berujar, "Alhamdulillah, puji syukur kepada Allah yang telah menjadikan seseorang dalam Islam yang memiliki sifat seperti dia."
Gelar kehormatan. Kisah Gubernur Suriah ini adalah pusaka agung para sahabt Nabi Saw. Gelar adalah lencana kehormatan sekaligus kemulian orang-orang besar. Biasanya karena jasa, pengorbanan dan pengabdian. Bedanyanya dengan tokoh-tokoh lain, gelar kehormatan para sahabat datang dari langit melalui lisan Rasulullah Saw abu Qilabah dari Anas bin Malik meriwayatkan, Rasulullah Saw bersabda; "Orang yang paling lembut diantara umatku terhadap orang lalin (Arhama Ummati bi Ummati) adalah Abu Bakar. Yang paling kuat dalam agama Allah ini adalah Umar. Yang benar-benar pemalu, Utsman bin 'Affan. Yang pandai memutuskan perkara, Ali bin Abu Thalib. Ahli Qari', Ubay bin Ka'ab. Ahli Faraidh, Zaid bin Tsabit. Ahli Halal-Haram, Mu'adz bin Jabal. Abu Ubaidah, orang kepercayaan umat ini. Khalid bin Walid, pedang Allah" (al Isti'ab fi Ma'rifati as Shahabah, Juz I : 22)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar