Abdullah bin Mughaffal r.a. menceritakan bahwa ada seseorang berkata kepada Nabi Saw., "Wahai Rasulullah, demi Allah aku mencintaimu." Rasulullah menjawab, "Pikirkan benar-benar apa yang kau katakan itu." Orang itu berkata lagi "Demi Allah sungguh aku mencintaimu." Hal itu diulanginya sampai tiga kali. Kemudian Rasulullah bersabda, "Apabila kamu mencintaiku, bersiap-siaplah untuk menghadapi kemiskinan dengan mengencangkan ikat pinggang. Sesungguhnya kemiskinan itu lebih cepat datangnya terhadap orang yang mencintaiku, melebihi cepatnya banjir yang mengalir ke jurang." (Hr At-Tirmidzi)
Siapa pun yang mencintai Rasulullah Saw. pasti akan mendapat ujian dalam hidupnya. Ujian ini akan muncul sebagai pembuktian seberapa besar kecintaannya yang tulus terhadap Rasulullah Saw. Cinta terhadap materi sekaligus cinta kepada Allah Swt. dan Rasul-Nya tidak akan pernah dapat menyatu dalam jiwa seorang hamba yang saleh. Dunia dalam pandangan orang saleh amatlah rendah nilainya sedangkan nilai cinta kepada Allah dan Rasul-Nya menempati singgasana tertinggi di hatinya. Cinta yang tidak dapat dibandingkan dengan apa pun. Apa lagi hanya dengan seonggok harta.
Dalam kehidupannya Rasulullah Saw. lebih memilih hidup dalam kesederhanaan dan mencintai orang-orang miskin. Padahal beliau dapat memilih hidup dalam kekayaan dan kemapanan. Inilah yang disebut dengan sikap hidup zuhud. Sebuah jalan hidup yang penuh dengan kesederhanaan dan Qana'ah (merasa cukup dengan apa pun yang Allah Swt. berikan).
Manusia selalalu berusaha meraih hidup berkecukupan. Bahkan tanpa disadari terkadang kekayaan yang didapat berasal dari jalan yang batil. Tipu-menipu, korupsi, membuat rekayasa agar memperoleh keuntungan, curang dalam timbangan, dan semisalnya adalah hal-hal sering dianggap sebagai keniscayaan dalam menjalankan usaha saat ini. Dalam benak manusia, kelapangan harta adalah sebuah "Kemuliaan" dan penghargaan dari Allah Swt. Sedangkan kesempitan atau kemiskinan adalah sebuah "Penghinaan" dari Allah Swt. Ini adalah pandangan yang sangat keliru! Allah Swt. berfirman :
Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan maka ia berkata, "Tuahanku telah memuliakanku". Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rezekinya maka ia berkata, "Tuhanku menghinakanku". Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya kamu tidak memuliakan anak yatim, dan kamu tidak saling mengajak memberi makan orang miskin, dan kamu memakan harta pusaka dengan cara mecampurbaurkan (yang halal dan yang batil), dan kamu mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan. QS Al-Fajr [89] : 15-20)
Dalam sebuah kesempatan di hadapan sahabat-sahabatnya, Rasulullah Saw. berusaha mengingatkan para sahabatnya dan berkata, "Sesungguhnya masing-masing umat itu mempunya ujian, dan ujian umatku adalah harta kekayaan." (HR At-Tirmidzi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar